The Power of Believe in Your Dreams

3 min read

The Power of Believe in Your Dreams – Impian adalah barang yang sangat diinginkan (KBBI). Menurut saya, impian terbagi menjadi tiga, yaitu mimpi jangka pendek, mimpi jangka menengah, dan mimpi jangka panjang. Perbedaan mendasar dari ketiga mimpi di atas adalah target waktu pencapaiannya. 

Jika diambil titik acuan waktu ialah sekarang, semester 7 yang sedang saya hadapi, artian mimpi jangka pendek yaitu sampai saya lulus dari ITB, sedangkan mimpi jangka menengah adalah mimpi dengan target waktu sampai umur 30-an atau mengenai pekerjaan, dan mimpi jangka panjang ialah hal yang akan dilakukan sebelum saya meninggal. Saya yakin bahwa semua orang memiliki impian, namun, tidak semua orang percaya pada mimpi yang mereka bangun. 

The Power of Believe in Your Dreams



“Mungkinkah? Bisakah?”, pertanyaan yang sering membayangi pikiran manusia. Saya Fauza, mahasiswa Fisika Teknik ITB angkatan 2012, akan menceritakan mimpi saya dan seberapa besar saya percaya dengan mimpi-mimpi itu. 

Salah satu prinsip hidup saya adalah kalimat ‘sulit bukan berarti tidak bisa’. Prinsip tersebut tertanam dalam pikiran sejak saya berada di Sekolah Menengah Pertama. Saya mengatakan prinsip hidup sebelum menceritakan impian karena prinsip inilah yang menjadi dasar dan pedoman untuk terus maju dan tidak menyerah terhadap mimpi-mimpi saya. Mimpi jangka pendek saya sama dengan sebagian besar mahasiswa ITB yang lain, yaitu lulus dengan predikat cumlaude; mimpi jangka menengah saya masih mirip dengan yang lain, yaitu melanjutkan kuliah S2 dan S3 di salah satu universitas terkenal di dunia, yaitu University of California, Los Angeles; dan mimpi jangka panjang saya adalah mendirikan sekolah berbasis kurikulum mandiri. 

Jika dipikirkan kembali, akan nampak seperti sebuah kemustahilan bisa diterima di University of California berdasar peringkat ITB di dunia dan kaitan antara jurusan saya sekarang dan keinginan untuk mendirikan sekolah berbasis kurikulum mandiri. Pemikiran itu tidak salah, tapi saya tidak akan membiarkan pemikiran itu menjadi benar sebab saya percaya dimana ada kemauan pasti ada jalan, saya percaya pada mimpi saya. 

Semua yang saya telah katakan terlihat seperti omong kosong, tapi tidak. Sebelum saya menceritakan lebih lanjut tentang mimpi saya, saya akan memberikan beberapa bukti selama saya di ITB, bahwa kepercayaan terhadap sebuah impian bukanlah omong kosong.

Semenjak saya diterima di ITB, saya mengasumsikan bahwa semua mahasiswanya adalah orang yang mempunyai mimpi besar dan memiliki target yang jelas, sehingga saya mulai merancang target selama kuliah sejak semester 1. Target saya tidak muluk-muluk, hanya dua, yaitu cumlaude dan melakukan suatu hal yang tidak dilakukan mahasiswa lain tiap semesternya. Saya tidak mau selama di ITB, saya hanya kuliah, belajar adalah tujuan nomor satu, tapi, belajar dari textbook saja merupakan batasan dari pembelajaran yang sesungguhnya, kita bisa belajar dari apapun dan siapapun. 

Di semester 2, saya mengikuti lomba IEC ITB (ITB Entrepreneurship Challenge) tingkat nasional bersama dua orang teman. Kami membuat proposal bisnis tersebut seminggu sebelum deadline. Meskipun begitu, saya tetap yakin bahwa tim kami bisa lolos ke babak final di Jakarta. Tentu, keyakinan saya bukan berdasar keinginan untuk keberuntungan semata. Kami sudah berusaha selama seminggu tersebut, tidur di kampus, dan bolak-balik ke Cibaduyut karena produk kami adalah sepatu. Meskipun terbayang kegagalan, saya mencoba menghapusnya dan membayangkan keberhasilan yang akan kita capai, dan akhirnya kami lolos babak final serta memperoleh juara 2.

Di semester 3, tidak ada hal yang spesial mengenai pengalaman tertentu, namun, di semester ini, IP tertinggi selama hidup di ITB yaitu 3,92. Semester berikutnya, semester 4, saya terpilih menjadi salah satu perwakilan ITB di Forum Bidikmisi Nasional di Jakarta. Semester 5, saya mendapatkan undangan untuk berkunjung di tower BCA di Jakarta atas esai saya yang masuk 10 besar terbaik yang diseleksi oleh FBM ITB. Namun, di semester 5 ini, saya mengalami hal lain yang lebih berkesan di pikiran saya. 

Di Fisika Teknik, ada sebuah tim robot bernama BORO, yang akan bertujuan untuk mengikuti lomba Singapore Robotic Games. Pada waktu itu, saya ditawari oleh manajer BORO untuk menjadi manajer berikutnya, tapi saya menolaknya dengan alasan bahwa saya tidak terlalu suka pekerjaan administrasi. Saya akan tetap bergabung dengan BORO, tetapi menjadi bagian tekniknya. Terdengar sangat ‘sok’ memang, tapi, keinginan saya terwujud. Di semester ini juga saya memulai rencana baru untuk semester 7 saya yaitu exchange ke Jepang. Dan semester 6, merupakan semester terbaik menurut saya selama sejarah menuntut ilmu dalam hidup saya sampai sekarang. Banyak kejadian yang menginspirasi dan mengubah arah hidup saya.

Pertama, tim robot kami mendapatkan juara 3 di Singapore Robotic Games kategori Remote Control Underwater Robot. Kedua, di semester ini saya dan beberapa teman membuat sebuah komunitas bernama BEBEK (Bermain dan Belajar dengan Karya). Komunitas BEBEK bergerak di bidang pendidikan untuk anak-anak. Di masa ini, saya mendapat amanah menjadi ketuanya. Di sini, kami membuat alat peraga sains untuk mendekatkan anak-anak terhadap sains dan mencoba memberikan pemahaman bahwa bermain adalah proses belajar yang dilakukan dengan ikhlas.

Ketiga, pada semester 6, saya memperoleh LOA (Letter of Acceptance) exchange program dari Tokyo University of Agriculture and Technology. Sekarang, semester 7, saya tidak sedang di ITB, saya di Jepang. 

Dari beberapa pengalaman yang saya lalui, saya semakin percaya dengan ‘The Power of Believe in Your Dreams’. Percaya bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Malah dengan percaya itu, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk mewujudkan apa yang saya percayai. Untuk mencapai mimpi-mimpi di atas, saya sudah merencanakan beberapa hal di sisa semester di ITB. Terakhir dari saya, kekuatan kepercayaan itu ada, saya punya mimpi, saya percaya mimpi itu, saya berusaha untuk mimpi itu, dan mimpi itu menghampiri saya. Keep believe in your dream! Never be afraid to take one step ahead!  

Penulis : Fauza Karomatul Masyhuroh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink