Teori Moneter Islam

3 min read

Ainasil Uyuni (STEI SEBI)

Uang dan kebijakan moneter selalu menjadi topik diskusi yang menarik  dalam  ekonomi Islam. Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa sektor mata uang yang dinamis berkembang jauh lebih cepat, baik pada tingkat teoretis maupun praktis, dibandingkan  sektor riil,  yang terus berkembang. Memang benar, sektor moneter dan instrumen-instrumennya mendominasi sistem perekonomian dunia dan semakin mengakar.

 Uang  sangat penting dalam kehidupan perekonomian dan memegang peranan yang sangat dominan dalam analisis makroekonomi (Suprayitno, 2005: 187). Uang pada umumnya diterima di masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah, baik digunakan untuk membayar pembelian barang dan jasa maupun  untuk melunasi hutang. Dengan kata lain, uang merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia karena merupakan sarana kelancaran pergerakan barang dan jasa dalam segala kegiatan perekonomian.

Islam sebagai ajaran utama Nabi Muhammad SAW pada abad ke 6 M memperkenalkan uang sebagai alat transaksi dalam praktik mu’amara (mariyah). Rasul Paulus memberikan teladan dan menganjurkan uang sebagai alat tukar daripada  barter. Ia tidak menganjurkan barter, karena ada beberapa praktik yang mengarah pada ketidakadilan dan penindasan.

Penulis Islam mengakui manfaat uang sebagai alat tukar dan mendukung transisi dari ekonomi barter ke ekonomi moneter. Mereka menafsirkan larangan Nabi terhadap lintah darat al-Fadl sebagai  langkah memperkuat praktik ekonomi moneter. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menukarkan barang apapun. Sebelum  logam digunakan sebagai alat tukar,  barang-barang lain, termasuk hewan ternak, digunakan sebagai alat tukar yang berfungsi sebagai uang. Setelah logam ditemukan, bursa saham mulai menggunakan logam mulia, terutama emas dan perak, sebagai alat pembayaran yang sah. Ini dibentuk dan dicetak  dengan bobot tertentu oleh pihak berwenang. Pada tahun-tahun awal Kekhalifahan Islam, penggunaan satuan moneter dalam pertukaran barang masih mengikuti satuan emas dan perak  Romawi dan Persia, yaitu dinar dan dirham. Rasul masih menggunakan dua satuan moneter ini dalam Muamara.

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi perekonomian dengan menyesuaikan jumlah uang beredar. Selain perlunya pengorganisasian sektor riil, menghilangkan banyak kesalahpahaman mengenai masalah keuangan juga penting untuk mengatasi krisis ekonomi yang sedang berlangsung.

Jika dicermati, krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan belahan dunia lainnya sebenarnya disebabkan oleh dua alasan utama, yang semuanya berkaitan dengan masalah keuangan. Kita memerlukan sistem politik yang mampu mengatasi berbagai permasalahan makroekonomi negara. Langkah penting  untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penciptaan kebijakan  moneter. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis peran kebijakan moneter dalam mengarahkan aktivitas perekonomian ke arah yang diinginkan, yaitu mencapai aktivitas perekonomian yang tinggi (dan rendahnya pengangguran) tanpa menimbulkan inflasi.

Melihat sejarah perkembangan sistem moneter, pada masa lalu terdapat dua sistem moneter (sistem standar bimari) yang terdiri dari emas dan perak. Penggunaan sistem ini tidak hanya diterapkan di Amerika Serikat pada tahun 1972, namun juga  dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW yang saat itu menggunakan dua mata uang: dinar (emas) dan dirham (perak). Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, dalam sejarah peradaban Islam sendiri, pada awal masa  kekhalifahan, Rasulullah memperkenalkan dinar dan dirham sebagai standar mata uang pada masanya. Kedua jenis mata uang ini diadopsi dari Roma dan Persia. Tidak ada upaya untuk mencetak mata uangnya sendiri. Oleh karena itu, proses permintaan dan penawaran  emas dan perak berkaitan dengan perdagangan dengan kedua kerajaan tersebut. Dinar dan dirham diimpor karena tingginya permintaan koin pada saat itu. Sebaliknya, ketika permintaan uang turun maka barang akan diimpor. Impor tidak hanya barang tetapi juga dinar dan dirham berukuran besar, dan bergantung pada jumlah barang yang diekspor ke negara dan wilayahnya.

Manajemen Moeter Islam dimaksudkan sebagai pendekatan alternatif terhadap pengelolaan uang dalam sistem ekonomi dan secara alami didasarkan pada konsep asli uang dan prinsip-prinsip inti serta nilai-nilai Islam lainnya. Tokoh terkemuka yang telah banyak bekerja dalam isu ini antara lain Muhammad Umer Chapra, Masudur Alam Chaudhry, Mukhsin Khan, dan Abbas Mirakhor. Pengelolaan dana yang sesuai dengan prinsip syariah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi terwujudnya tujuan Islam. Namun tidak memperhitungkan ketiadaan produk bunga (komoditas) suku bunga dan diskonto serta operasi pasar terbuka berupa surat berharga  berbasis suku bunga. Tentu saja hal ini berarti bagaimana mekanisme penyeimbangan permintaan dan penawaran uang tanpa menggunakan mekanisme suku bunga, dan bagaimana kebijakan moneter dapat berperan aktif dalam mencapai tujuan tersebut di atas? Adakah alternatif terhadap berbagai instrumen berbasis suku bunga?Untuk mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, Islam tidak menggunakan instrumen suku bunga atau mencetak defisit anggaran untuk membiayainya. Islam bertujuan untuk mempercepat peredaran uang dan mengembangkan infrastruktur sektor riil.

Faktor pendukung akselerasi penjualan adalah  kelebihan likuiditas uang yang tidak bisa ditimbun atau dipinjamkan dengan bunga. Sedangkan faktor  yang dianjurkan untuk menarik uang adalah kardo (pinjaman amal), sedekah, kerjasama usaha dalam bentuk syirka atau mudarabah. Keuntungan utama dari sistem kerjasama ini adalah memungkinkan pemangku kepentingan dan investor untuk bersama-sama mengumpulkan pengalaman, informasi, metode pemantauan, pengendalian dan pengetahuan tentang risiko perusahaan. Selain itu, terdapat beberapa teori mengenai regulasi moneter dari perspektif syariah, antara lain permintaan mata uang, jumlah uang beredar, kebijakan moneter, dan alat-alat yang dapat digunakan. kebijakan keuangan Islam. Kita memerlukan sistem politik yang mampu mengatasi berbagai permasalahan makroekonomi negara. Langkah penting  untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penciptaan kebijakan  moneter. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis peran kebijakan moneter dalam mengarahkan aktivitas perekonomian ke arah yang diinginkan, yaitu mencapai aktivitas ekonomi yang tinggi118 (dan rendahnya pengangguran) tanpa menimbulkan inflasi. Kebijakan moneter dapat digambarkan sebagai tindakan yang diambil oleh otoritas moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan pinjaman, dan juga aktivitas ekonomi masyarakat. Kebijakan moneter terutama ditujukan pada stabilitas perekonomian yang antara lain diukur melalui kesempatan kerja, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran. Jika stabilitas perekonomian terganggu, kebijakan ekonomi dapat diambil untuk memulihkan stabilitas (tindakan stabilisasi).

Peran Pemimpin dalam Mengarahkan Manajemen Risiko…

Dalam sebuah organisasi, risiko adalah elemen yang tidak dapat dihindarkan. Tidak ada proses bisnis atau strategi yang benar-benar bebas dari kemungkinan kegagalan, kerugian atau...
Sonia Nadila Putri
1 min read

Pentingnya Manajemen Risiko dalam Menghadapi Ketidakpastian…

Di tengah ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat, manajemen risiko menjadi elemen krusial bagi kelangsungan dan pertumbuhan organisasi. Setiap perusahaan, baik besar maupun kecil, menghadapi...
Tegal Trending
3 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink