Tari Piring Dua Belas adalah salah satu tari tradisional yang ada di Indonesia. Tari ini dikenal di Dusun Aur Gading, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Jambi. Nama Piring Dua Belas sendiri didasarkan atas pemakaian 12 buah piring makan sebagai alat tari yang diletakkan di lantai dan dua buah diantaranya dipegang di tangan.
Tari Piring Dua Belas
Saat pertunjukan dimulai, penari sambil membawa piring berjalan dengan menginjak piring yang dijajarkan di lantai. Badan yang membungkuk, miring ke samping atau berjongkok.
Susunan atau alur dari Tari Piring Dua Belas yaitu:
Menari di tempat, di luar deretan piring sambil memutar badan ke kanan dan ke kiri dengan mengayun dan melonjorkan tangan sambil memutar piring yang dipegang.
Menari sambil mengelilingi deretan piring dengan langkah biasa, kadang-kadang dengan langkah sambil berjoget perlahan. Kadang-kadang bisa juga dengan menari sejenak di tempat, kemudian dilanjutkan dengan melangkah biasa.
Setelah kembali ke tempat semula, penari akan mulai memijak piring yang pertama dan melanjutkan dengan melangkah di atas piring-piring berikutnya.
Setelah selesai melalui piring yang berjumlah 12 buah tersebut, penari menari di tempat lagi, kemudian memberi hormat kepada penonton sebagai tanda bahwa tarian telah berakhir.
Tarian ini boleh dibawakan oleh wanita. Pakaian penari wanita terdiri dari atas baju kurung, kain songket, selendang yang diikat di pinggang, dan ikat kepala. Selain itu, penari mengenakan perhiasan yang dikenakan di kepala dan di dada. Pakaian penari adalah teluk belanga, kain sarung atau songket, celana panjang, dan destar.
Instrumen dalam Tari Piring Dua Belas yaitu musik pengiring yang terdiri dari sebuah kendang dan sebuah tetawak. Lagu pengiring tarian ini adalah Cik Mat, dibawakan oleh seorang penyanyi. Tari Piring yang serupa juga terdapat di kampung Mandiangin, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarko, dibawakan oleh seorang gadis dengan musik pengiring Orkes Kromong.
Di daerah Jambi terdapat dua jenis tari piring, yaitu menari dengan memegang piring pada masing-masing tangan, dan dibarengi dengan gerakan silat ataupun langkah Dana, serta menari di atas piring yang jumlahnya 6,8,10 atau 12 buah dan kedua tangan masing-masing memegang sebuah piring. Sayangnya, Tari Piring Dua Belas pada zaman sekarang kurang diminati oleh generasi muda. Selain itu, tarian ini juga sangat jarang dipertunjukkan di luar dusun yang bersangkutan.
Sejarah Tari Piring Dua Belas
Tari Piring Duabelas merupakan tari tradisional yang berkaitan dengan gawi adat masyarakat Lampung yang beradat Saibatin. Tari ini berasal dari Sekala Bekhak, kecamatan Belalau, Lampung Barat. Awalnya orang orang dari Sekala Bekhak ini hijrah ke wilayah Kota Agung (Teluk Semaka) untuk mencari tempat baru dan membentuk sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Beniting. Disebut Kerajaan Beniting karena dulu di Sumatera terdapat banyak harimau, sedangkan raja di Kerajaan Beniting ini bisa berubah menjadi harimau.
Agar rakyat tidak keliru maka sang raja memiliki sebuah tanda yang ada di bagian pinggangnya yang biasa disebut babiti, maka raja tersebut disebut raja beniting.Setelah mendapat pengaruh para pedagang, Kerajaan Beniting berubah menjadi Kerajaan Semaka.Tari Piring 12 muncul saat Kerajaan Semaka dan dikembangkan menjadi empat macam tarian.
- Tari Piring Biasa (Asli), dibawakan oleh bujang gadis (mulei mekhanai)
- Tari Piring Buha (Buaya), dibawakan oleh mekhanai
- Tari Piring Maju Ngekkes (Pengantin), dibawakan oleh mulei
- Tari Piring Duabelas yang ditarikan oleh mulei/mekhanai
Kemudian Kerajaan Semaka bergeser lagi ke daerah pinggir pantai yang bernama Teluk Benawang.Agar lebih mudah untuk membayar upeti dalam proses perdagangan. Lalu kerajaan tersebut diberi nama Kerajaan Benawang. Benawang sendiri memiliki arti uang yang banyak dan bertebaran.Di Kerajaan Benawang inilah terciptanya 12 bandar.
Tari piring adalah tarian sang ratu yang ditarikan dikala menyambut para ulu balak dari medan laga atau medan perang. Sang ratu memberikan suguhan kepada ulu balak berupa tarian sebagai ungakapan rasa gembira. Sang ratu berasal dari Kerajaan Paksi Marga Benawa.
Tari piring diperkirakan mulai ditarikan sebelum agama islam masuk ke Indonesia. Adapun disebut piring 12 sebab, paksi marga benawang mempunyai 12 bandar, dari setiap bandar mempunyai ulubalang – ulubalang dan setiap ulubalang pasti mempunyai pasukan perang.
Adapun nama-nama 12 bandar tersebut adalah :
1). Bandar Rajabasa (gunung subuwujo)
2). Bandar Sani (gunung subuwujo),
3). Bandar Narip (sekarang daerah nuropangko),
4). Bandar Talagening dibagi lagi menjadi 4 bandar lop Bandar Talagening, Bandar Maja, Bandar Muara, Bandar Kelunggu (Kota Agung),
5). Bandar Baturuga (Terahutimur),
6). Bandar Limau (kecamatan limau),
7). Bandar Putih,
8). Bandar Tulapayah.
Jadi mempunyai 4 bandar dalam dan 8 bandar luar.
Tari Piring Duabelas mempunyai dua warna berbeda yang membedakan antara pangeran dan masyarakat. Warna kuning biasanya digunakan di sebelah kanan,warna ini milik pangeran/ratu. Sedangkan warna putih biasannya dikenakan di sebelah kiri, warna ini milik masyarakat Saibatin/pemilik adat. Dua piring yang dibawa oleh sang ratu atau penari juga memiliki makna, yaitu melambangkan bahwa dalam segala sesuatu itu ada dua. Ada kalah ada menang, ada sedih ada senang.
Karena sekarang sudah tidak ada peperangan maka tari piring ditarikan saat acara panayuhan atau resepsi Sang Bujang & Sang Gadis. Tarian ini telah menjadi tradisi di kabupaten Tanggamus atau bisa dibilang tari pergaulan Masyarakat pesisir yang beradat saibatin.
Tema Tari Piring Dua Belas
Tema tarian ini yaitu menggambarkan tata cara dan kewajiban serta hak yang harus dipenuhi masyarakat Lampung Pesisir, yaitu Sebambangan/Kawin Jujukh (yaitu bujang melarikan gadis untuk di persunting). Tarian ini menggambarkan betapa terampil dan cerianya putri-putri Lampung membawa, menyusun, dan membenahi piring.
Penari Tari Piring Dua Belas
Jumlah penari Tari Piring Duabelas tidak terbatas, tetapi harus ganjil minimal 1 atau 3 orang. Dahulu, tarian ini dibawakan oleh 1 orang saja.
Kosum Tari Piring Dua Belas
a.Kostum/busana untuk tokoh Tari Piring Duabelas : sigegh, sual cakhang, sasumping, kain penutup rambut, kain selappai Jung Sakhat, kebaya panjang warna gelap, gelang burung, pinding, gelang kana, gelang hui, babatukh, penjaja, selendang kuning, selendang putih, dan tapis.
b.Kostum/busana untuk pengiring Tari Piring Duabelas : sigegh, bunga melati, subang, babatukh, gelang burung, penjaja, pinding, gelang hui, selendang kuning, selendang putih, dan tapis.
Gerakan Tari Piring Dua Belas
Beberapa ragam gerak pada Tari Piring Duabelas yaitu lapah, ngetir, mejong sembah, ngetir hadapan, ketekh kanan-kikhi, sabatang, balik palau, mappam bias, laga puyuh, salimpat, sakhak hibos.
Keterkaitan antara gerak dan makna adalah sebagai berikut.
- Mejong sembah : menyatakan baru tiba/datang
- Ketekh kanan-kikhi : menyatakan kami akan menari
- Balik palau : menyatakan keindahan dan kerukunan masyarakat Lampung
- Laga puyuh : Ibarat burung ouyuh bertengkar maka diharapkan burung tersebut berhenti sendiri tanpa merusak sesuatu, atau juga menyatakan bahwa di daerah Lampung hidup semboyan Sang Bumi Ruwai Jurai
- Salimpat : artinya masyarakat Saibatin dan Pepadun harus bersatu
- Sakhak hibos : artinya menyatukan kekeluargaan Lampung Saibatin dan Pepadun untuk hidup mufakat
- Mejong sembah : menyatakan buguwai (menari) sudah dilaksanakan.
- Sumber lain menyebutkan beberapa penamaan dan / atau gerakan yang berbeda. Belum diketahui apakah sekedar berbeda penyebutan atau berbeda gerakannya.
- Sembah : Setiap sang Putri ada apa saja harus menyembah , sembah tersebut sebagai tanda penghormatan.
- Ngahilok (melenggang ) : Sebab ratu dan raja itu tidak pernah mau melihat apdi keraton dan nubala berjalan jongkok atau menunduk jadi harus berjalan tegap.
- Ngakkiap ( memanggil )
- Sebatang (masuk dan keluar)
- Nokkoh : Dalam keterampiolan dan kewaspadaaan tanpa bagaimanapun kita kalau tidak waspada dan terampil kita akan menemui kehancuran.
Musik Pengiring Tari Piring Dua Belas
Alat Musik : Rebana, Talo Balak, Kecrek, Gong
- Tari Piring Duabelas diiringi oleh musik Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu sbb.
- Takhian sai tiusung : Tarian yang dibawakan
- Takhi pikhing khua belas : Tari piring duabelas
- Seni budaya lappung : Seni budaya lampung
- Dang sappai haga tekas : Jangan sampai ditinggalkan
Tempat dan Waktu Pementasan Tari Piring Dua Belas
Tempat pementasan tarian ini dilakukan di balai adat, dapat juga di panggung, lapangan terbuka, ataupun gedung-gedung apabila sudah mendapat izin berdasarkan musyawarah adat. Waktu pementasan disesuaikan dengan gawi adat dilaksanakan. Jika gawi adat dilaksanakan malam hari, maka pelaksanaan pementasan Tari Piring Duabelas setelah sholat isya. Jika gawi adat dilaksanakan siang hari, maka pementasannya dapat dilakukan menurut waktu yang ditentukan oleh panitia. Durasi tarian ini kurang lebih lima belas menit.
Fungsi Tari Piring Dua Belas
Tarian ini berfungsi sebagai tari hiburan, dipertunjukkan pada acara-acara pesta adat, seperti : pesta perkawinan, pesta penetapan gelar, pesta penyambutan tamu agung, dan pesta hari-hari besar nasional.