Di tangan Hartini, ban bekas yang biasanya dibiarkan menjadi barang rosokan atau dibakar, bisa disulap menjadi pot bunga, kursi dan tempat sampaj. Barang bernilai ekonomis inipun bisa mendulang rupiah.
USIANYA sudah tua 62 tahun. Namun semangat menggeluti usaha ban bekas tak mau kalah dengan mereka yang usia produktif. Warga Desa Tejo, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang ini membangun usahanya dari nol, sejak 1989 silam. Kini, usahanya mampu bertahan dengan dibantu tujuh pekerja dari tetangga sekitar.
“Ada sekitar 5-7 orang yang bekerja di sini (ban bekas, Red),” ujarnya mengawali perbincangan dengan koran ini beberapa waktu kemarin. Bertahun-tahun lamanya, ia memanfaatkan ban bekas yang menjadi rosokan di sekitar rumah. Produksi ban bekas itu tidak hanya melulu tempat sampah, kini bisa dikreasi menjadi pot bunga dan meja kursi santai.
Awalnya, ban-ban bekas itu dikumpulkan untuk disesuaikan dengan ukuran dan jenisnya. Semua ban bekas didapatkan dengan harga murah dari sekitar rumahnya yang memang banyak bengkel ban dan reparasi mobil. Setelah diamati sebentar untuk menyesuaikan kreasi, barulah pengerjaan dilakukan. Bagian pinggir yang dianggap tidak perlu langsung dibersihkan dan dibuang.
Dalam sehari, lanjut ibu dua anak ini, ia bisa memproduksi 18 tempat sampah. Kreasi ban bekas yang dibantu para pekerja itu belum termasuk meja kursi dan pot bunga berbagai ukuran. Untuk membuat kreasi ban bekas, peralatan yang digunakan masih manual, seperti pisau dan silet untuk mengiris ban sebelum disulap menjadi kerajinan bernilai ekonomis cukup tinggi.
Saat ditanya bahan baku, Hartini mengaku tidak kesulitan. Selain membeli ban bekas dengan harga sangat murah dari pemilik bengkel tambal ban sekitar rumahnya. Terkadang ada yang sengaja datang ke tempatnya dengan membawa tumpukan ban bekas. “Kalau ban mobil biasanya dibeli antara Rp 20-25 ribu tergantung ukuran dan kualitas ban. Sebab, kalau terlalu jelek juga tidak bisa di pakai,” tegasnya.
Terkait harga, ia tidak mematok harga tinggi. Semua disesuaikan dengan ukuran dan tingkat kerumitan membuat. “Seperti pot bunga ukuran kecil biasanya dijual Rp 5.000 perbiji, tempat sampah antara Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu perbiji,” rincinya. Harga ini berbeda dengan penjualan satu set kursi dan meja ruang tamu yang dijual lebih tinggi bisa mencapai Rp 750 ribu.
Sebagaimana pelaku usaha lain, iapun turut terdampak selama pandemi. Pesanan mulai ramai kembali dalam beberapa bulan terakhir. Setiap bulan, pesanan datang dari berbagai daerah seperti Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya, Lamongan, Gresik dan Malang. Rata-rata pesanan yang diterimanya, tempat sampah untuk sekolah, kantor, perumahan dan desa-desa.
“Ini yang sedang dikerjakan pesanan dari Kenjeran 300 biji tempat sampah,” beber dia sambil menunjuk tempat sampah yang sudah jadi. Pihaknya sendiri berharap pandemi segera berakhir, sehingga usaha ban bekasnya bisa kembali lancar. “Sudah setahun ini pesanan turun, baru sekarang mulai lagi. Mudah-mudahan pandemi segera berlalu,” pungkas Hartini.
Penulis : Fauzi Nur Iqbal
Prodi : Manajemen Bisnis Syariah STEI SEBI
Sumber:
https://radarjombang.jawapos.com/nasional/24/11/2021/perajin-di-jombang-sulap-ban-bekas-jadi-pot-bunga/..