Abdurahman bin auf termasuk kelompok delapan sahabat yang mula-mula masuk islam dan termasuk sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Setelah itu, ia juga termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah menggantikan Umar bin Khathtab. Ia juga seorang mufti yang dipercaya Rasulullah SAW untuk berfatwa di Madinah.
Abdurahman bin Auf masuk islam sebelum Rasulullah SAW melakukan pembinaan di rumah Arqam bin abil arqam, kira-kira dua hari setelah Abu Bakar masuk islam. Ketika hijrah ke Mdinah, Abdurahma in Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’ Al-Ansari, salah seorang kaya yang pemurah di Mdinah.
Abdurahman pernah ditawari Sa’ad untuk memilih salah satu dari dua kebunnya yang luas. Tapi Abdurahman menolaknya, ia hanya minta kepada sa’ad untuk ditunjuki dimana pasar di Madinah. Sejak itu, Abdurahman bin Auf berprofesi sebagai pedagang dan memperoleh keuntungan yang cukup besar omset dagangannya pun makin besar, sehingga ia dikenal sebagai pedagang yang sukse pada masanya. Tetapi kesuksesan itu tak membuatnya lupa diri, ia tak pernah absen dalam setiap peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW.
Adapun rahasia berbisnis Abdurahman bin auf diantaranya adalah :
- Berbisnis Hanya Untuk Mencari Ridho Allah Semata.
Abdurahman adalah seorang sodagar yang jujur dan profesional, ia senantiasa menghindari hal-hal yang haram bahkan yang subhat sekalipun. Ia tidak pernah melakukan praktik ribawi dan tidak menhalalkan segala secara untuk meraih kekayaan. Sehingga keseluruhan hartatanya adalah harta yang halal, sampai Utsman bin Affan yang sudah sangat kaya pun bersedia menerima wasiat Abdurahman ketika membagikan 400 Dinar bagi setiap veteran Perang Badar. Atas pembagian ini Utsman bin Affan berkata, “ Harta Abdurahman bin Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan berkah.”
- Selalu Berpikir Positif.
Diantar ungkapan Abdurahman bin Auf yang menarik sekaligus menunjukan cara berpikir beliau yang positif adalah, “ Sungguh kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan dibawahnya emas dan perak.”
Para ahli saat ini mengatakan bahwa keajaiban berpikir positif adalah saat Anda mengatakan “BISA”, maka anda akan bisa. Abdurahman bin Auf mengatakan bahwa beliau mampu untuk menghasilkan uang, bahkan dengan kata-katanya: mengangkat batu pun ia bisa menghasilkan emas dan perak. Secara tidak langsung beliau yakin bahwa ia bisa menhasilkan uang dari setiap usaha dan perniagaannya.
- Hasil Usaha Serta Kekayaannya Tidak Dinikmati Sendiri.
Abdurahman bin Auf pernah menyumbangkan seluruh barang yang dibawa oleh kafilah perdagangannya kepada penduduk Madinah padahal seluruh kafilah ini membawa barang dagangan yang diangkut oleh 700 unta yang memenuhi jalan-jalan Madinah.
Selain itu juga Abdurahman bin Auf telah menyumbangkan dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan antara lain 40.000 Dirham (Sekitar Rp. 1,4 Milyar saat ini), 40.000 Dinar (sekarang senilai +/- Rp. 50 Milyar), 200 Uqiyah emas, 500 ekor kuda, dan 1,500 ekor unta.
Beliau juga menyantuni para veteran Perang Badar yang masih hidup waktu itu dengan santunan sebesar 400 Dinar (sekitar Rp. 500 juta ) per orang untuk veteran yang jumlahnya tidak kurang dari 100 orang.
Sedekah telah menyuburkan harta Abdurahman bin Auf, sampai-sampai ada penduduk Madinah yang berkata, seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka, sepertiga untuk membayari utang-utang mereka, dan sepertiga sisanya dibagi-bagikan kepada mereka.
- Selalu Berorientasi Pada Akhirat.
Meskipun hidupnya bergelimang harta dan kekayaan, itu tidak membuatnya lupa akan akhirat. Bahkan kecintaannya kepada akhirat semakin kuat dan membara. Abdurahman bin Auf seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan harta yang mengendalikannya. Jiwa dan raganya telah diserahkan sepenuhnya untuk Allah.
Beliau terlibat dalam peang badar bersama Rasulullah SAW dan menewaskan musuh-musuh Allah. Beliau juga terlibat dalam perang uhud dan bahkan termasuk yang bertahan disisi Rasulullah SAW ketika tentara kaum muslimin banyak yang meninggalkan medan peperangan.
Dari peperangan ini ada sembilan luka parah ditubuhnya dan dua puluh luka kecil yang diantaranya ada yang sedalam anak jari. Perang ini juga menyebabkan luka dikakinya sehingga Abdurahman bin Auf harus berjalan dengan pincang, dan merontokan sebagian giginya sehingga beliau berbicara dengan cadel. Semoga kita bisa mengikuti jejak sahabat Rasul yang mulia, Abdurahman bin Auf, yang telah mendapatkan kesuksesan dunia dan akhirat. (Lilis Mulyati)