Ragam Budaya Sulawesi Barat Lewat Kain Tenun

1 min read

Pada saat ini, Salah satu kain tenun tertua di dunia ternyata ada di Indonesia maka pertanyaan yang patut kita ajukan : sudahkah kita paham Ragam Budaya  negara sendiri ? jawabanya adalah Usia kain tenun tertua di Indonesia yang hampir mencapai lima abad, yakni sekitar 480 tahun. Masyarakat Indonesia maupun masyarakat sekitar mampu mengupayakan dan melestarikan kain Tenun Sekomandi ini menjadi kain tenun yang berkelas . Tenun Sekomandi dapat dikenali dari warna primernya yang memudar, yaitu merah, hitam, biru, dan putih. Ciri dasarnya adalah warna yang memudar namun memiliki tampilan yang artistik, klasik dan klasik. Dahulu, kain ini digunakan sebagai hadiah yang diharapkan atau diberikan pada saat perayaan besar  masyarakat ini, seperti pernikahan. Dalam upacara pemakaman, karena begitu berharganya, sehelai kain berukuran besar bisa berharga seekor kerbau

Sekomandi bukan nama motif tetapi nama tenunan yang memilliki arti “Seko” yang berarti persaudaraan atau rumpun keluarga dan “Mandi’” yang berarti kuat atau erat. Salah satu motif tenun Sekomandi yang paling terkenal adalah Ulukarua alias ketua adat atau 8 pemangku adat. Motif Ulukarua terinspirasi dari corak pada daun yang digigit anjing konon cerita saat nenek moyang masyarakat Mamuju pergi berburu dengan anjing kemudian anjing tersebut masuk ke dalam gua dan menggigit daun dan membentuk sebuah motif. Dan tenun Sekomandi menjadi bagian penting  dalam peradaban suatu masyarakat di Kecamatan Kalupang. Secara historis atau umum, tidak mungkin dapat ditentukan secara pasti kapan tradisi ini dimulai, namun berdasarkan cerita para penenun dan orang-orang tertua di sekitar wilayah tersebut. Kita masih menjadi saksi dua generasi sebelum  tradisi ini. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tenun ini sudah dipraktikkan selama lebih dari 400 tahun, namun ada pula yang mengatakan bahwa bahannya sudah sangat tua.

Bupati Mamuju di Provinsi Sulawesi Barat mempunyai banyak adat istiadat yang unik dan bernilai tinggi. Proses produksi tekstil masih menggunakan tenaga kerja manual tanpa mesin, prosesnya terpisah dan itu menjadi salah satu ketertarikan sendiri bagiwisatawan. Sayangnya sudah hampir  5 abad berlalu, namun ternyata masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang kain Sukomandi, padahal pusat pelestarian kain ini terletak di tempat yang cukup terkenal yaitu kabupaten Mamuju yang terkenal. dengan menenun. keindahan alam satwanya dan menjadi tujuan favorit wisatawan mancanegara. Mereka juga akan menyaksikan produksi kain sukomandi, mulai dari pemintalan  kapas hingga penenunan.

Tenun ikat Sukomandi banyak terdapat di Kecamatan Kalumpang, sedangkan sebaran penenunnya ada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kalumpang dan Kecamatan Bonehawu, keduanya berada dalam satu kabupaten dari Mamuju. Menurut Ibu Bunga Lia saat wawancara nya bersama deklarasa sumba menyebutkan bahwa “ 10 tahun yang lalu, saya ajukan kain tenun ini lewat prawisata Mamuju dan 2 tahun  kemudian di Balas oleh Pihak terkait ” dan dia menyebutkan juga bahwa kain tenun ini tidak bisa diorbitkan hak ciptanya per orangan, karena itu sekomandi masuk hak kekayaan daerah jadi yang bisa diberikan adalah hak cipta perorangan yaitu motif yang sekarang, motif sudah punya hak cipta.

Menteri pariwisata dan ekonomi kreatif sandiaga Uno pun siap memberikan program pelatihan dan pendampingan bagi pelaku ekonomi kreatif di rumah tenun Sukamandi Mamuju Sulawesi Barat. Sandiaga juga menghimbau masyarakat setempat untuk menjadikan kain sukomandi dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bentuk penghidupan sekaligus berupaya melestarikannya hingga hari tua. Karena siapa lagi yang akan melestarikan keberagaman dan budaya Indonesia jika bukan negaranya sendiri.


Penulis : Dhea Sri Amelia

Mahasiswa STEI SEBI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink