Perkembangan Teknologi Blockchain: Pendekatan Teori Institusional

2 min read

Blockchain pada dasarnya, adalah buku besar terdesentralisasi yang menyimpan catatan transaksi melintasi jaringan komputer. Keamanan dan transparansi yang dimilikinya membuatnya menjadi landasan bagi berbagai aplikasi, mulai dari mata uang kripto hingga rantai pasokan. Blockchain merupakan struktur yang terdiri dari serangkaian blok yang saling terhubung, masing-masing mengandung data blok sebelumnya, stempel waktu, dan data transaksi. Setelah blok ditambahkan ke dalam blockchain, informasi di dalamnya tidak dapat diubah, hal tersebutlah yang menjamin keamanan dan integritas data.

Perkembangan teknologi blockchain telah menciptakan fenomena yang signifikan dalam dunia bisnis dan keuangan. Dengan pendekatan teori institusional, kita dapat memahami bagaimana norma, nilai, dan struktur sosial berperan dalam membentuk adopsi dan evolusi teknologi ini. Teknologi blockchain banyak dimanfaatkan dalam sektor keuangan, manajemen rantai pasokan, dan perawatan kesehatan untuk mencatat transaksi dan melacak aset dengan aman dan tak terubah. Ini berperan sebagai buku besar bersama yang menjamin keamanan dan ketidakbisaan catatan transaksi serta pelacakan aset dalam konteks jaringan bisnis.

Potensi Blockchain dibidang Akuntansi

Yermack (2017) membahas potensi penggunaan blockchain dalam mengaktifkan akuntansi real-time. Dia mengusulkan bahwa dengan perusahaan secara sukarela mengungkapkan transaksi bisnis mereka melalui blockchain, pihak berkepentingan dapat segera mengakses informasi keuangan yang akurat. Dengan memanfaatkan data di blockchain, setiap pihak dapat menyusun laporan keuangannya sendiri tanpa harus bergantung pada penilaian auditor atau integritas manajer.

Triple Entry System pernah diusulkan sebagai paradigma independen yang aman untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan perusahaan. Awalnya, Triple Entry System memerlukan otorisasi pemrosesan transaksi dari perantara netral, di mana setiap pihak yang terlibat dalam transaksi, bersama dengan perantara, membuat catatan transaksi, menghasilkan total tiga entri (Grigg 2010). Namun, mekanisme ini tergantung pada perantara independen dan andal untuk memverifikasi setiap transaksi individu, yang dapat rentan terhadap risiko kehilangan atau perubahan tidak sah karena serangan siber. Teknologi Blockchain memiliki potensi untuk meningkatkan mekanisme ini dan mengatasi masalah ini. Blockchain dapat berperan sebagai perantara dengan mendistribusikan dan mengotomatisasi proses penyimpanan dan verifikasi, menyediakan landasan aman untuk mencegah sabotase dan entri akuntansi yang tidak teratur. Berkat sifatnya yang hampir tidak dapat diubah, setelah entri akuntansi dikonfirmasi dan ditambahkan ke dalam rantai, blockchain dapat memberikan keamanan yang lebih besar terhadap perubahan atau kerusakan. Selain itu, teknologi smart contract dapat memfasilitasi verifikasi catatan transaksi sesuai dengan standar akuntansi atau aturan bisnis yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan mengkodekan entri akuntansi ke dalam blockchain, sistem informasi akuntansi yang transparan, aman secara kriptografis, dan memverifikasi sendiri dapat dihasilkan, memudahkan berbagi data yang dapat dipercaya antara pihak bisnis dan pelaporan berkelanjutan untuk pemegang saham (Pratiwi 2022).

Namun selain potensi yang dimiliki terdapat beberapa hambatan institusional terkait pengembangan blockchain itu sendiri, yaitu :

  • Adopsi Terbatas

Meskipun potensinya besar, adopsi blockchain masih terbatas di beberapa sektor. Ini dapat dijelaskan oleh teori institusional, di mana struktur dan norma yang ada dalam sektor-sektor tertentu mungkin melambatkan perubahan.

  • Perubahan Norma Bisnis

Sejumlah perusahaan mulai mengadopsi teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi. Bagaimanapun, ketika norma bisnis konvensional telah mengakar dalam suatu sektor, transisi ke teknologi baru sering kali dihadapi dengan resistensi.

  • Peran Regulasi

Regulasi juga menjadi faktor penting dalam adopsi blockchain. Ketidakpastian hukum dan kekhawatiran terhadap compliance dapat membatasi pertumbuhan teknologi ini. Di sinilah teori institusional hadir untuk menjelaskan bagaimana regulasi dan norma hukum memengaruhi penerimaan teknologi baru.

Solusi dan Perkembangan Masa Depan

  • Edukasi dan Kesadaran

Salah satu solusi utama adalah meningkatkan edukasi dan kesadaran mengenai blockchain. Dengan memahami manfaatnya secara menyeluruh, pelaku bisnis dan pemerintah dapat membentuk norma baru yang mendukung adopsi teknologi ini.

  • Pengembangan Framework Regulasi

Pengembangan framework regulasi yang jelas dan responsif juga menjadi kunci. Teori institusional menekankan bahwa regulasi yang diterapkan secara baik dapat membentuk norma-norma yang mendukung perkembangan teknologi.

  • Pengintegrasian Gradual

Pendekatan teori institusional menyarankan bahwa pengintegrasian teknologi blockchain dapat dilakukan secara gradual. Dengan menghormati norma dan struktur yang sudah ada, perusahaan dapat mengurangi ketidakpastian dan resistensi terhadap perubahan.

  • Peran Pemangku Kepentingan

Teori institusional juga menyoroti pentingnya peran pemangku kepentingan. Kolaborasi antara perusahaan, regulator, dan konsumen dapat membentuk norma bersama yang mendukung pengembangan teknologi blockchain.

Perkembangan teknologi blockchain menciptakan peluang besar, tetapi adopsinya masih dihambat oleh faktor-faktor institusional. Dengan memahami peran teori institusional, kita dapat merancang solusi yang tepat untuk mempercepat adopsi blockchain. Edukasi, regulasi yang bijaksana, pengembangan gradual, dan kolaborasi pemangku kepentingan dapat membentuk fondasi yang kuat untuk masa depan teknologi ini. Seiring berjalannya waktu, diharapkan norma dan nilai baru akan muncul, membantu mewujudkan potensi penuh teknologi blockchain dalam transformasi industri dan bisnis.

Muhammad Nizar Ihsan Nur (Mahasiswa STEI SEBI)

Zakat sebagai Sistem Keberlanjutan dalam Ekonomi…

Zakat, sebagai salah satu pilar Islam, memiliki potensi besar dalam menciptakan sistem ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Secara historis, zakat bertujuan untuk mendistribusikan kekayaan...
Aurelia
1 min read

Akuntansi Syariah: Prinsip, Penerapan, dan Tantangannya

Oleh Razanah Taufik (Mahasiswi STEISEBI) Akuntansi syariah adalah sistem akuntansi yang dirancang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip ini meliputi pelarangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian),...
Endah Nawal
2 min read

Pilihan antara Karier dan Keluarga: Perspektif…

Bagi banyak Muslimah, memilih antara karier dan keluarga bisa menjadi keputusan yang rumit dan penuh pertimbangan. Di satu sisi, ada keinginan untuk mencapai kesuksesan...
Aulia
1 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.