Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah tinggal di Madinah bulan Ramadhan, dan syawwal, kemudian pada bulan Dzul Qa’dah berangkat ke mekkah dengan maksud menunaikan ibadah umrah dan bukan untuk perang.
Maka berangkatlah bersama rasulullah kaum muhajirin dan kaum anshar dan dari orang arab lainnya, beliau berihram dengan niat umrah agar manusia merasa aman dari dampak peperangan.
Pada saat berada di asfan, sekitar 100 kilo meter sebelum mekkah, rasulullah bertemu dengan bisyir bin sufyan al-ka’bi, dia berkata, “wahai rasulullah, quraisy sudah tahu akan berita kedatangan anda, mereka telah keluar menghadangmu dengan bersumpah atas nama allah tidak akan membiarkan anda memasuki kota mekkah apapun yang terjadi, dan khalid bin al-walid telah di tunjuk sebagai pimpinan pasukan berkuda mereka.
Rasulullah berkata “ apa yang diinginkan quraisy, demi allah kami akan memperjuangkan rislah ini hingga allah memenangkannya atau kami yang mati.”
Rasulullah melanjutkan perjalanan hingga sampai pada tempat yang bernama tsaniyah al-mirar [sekitar 25 km dari mekkah], tiba-tiba unta rasulullah duduk dan tidak maju, disitulah rasulullah berkata “unta ini di tahan sebagaimana kisah gajah abrahah yang di tahan untuk masuk mekkah, demi allah, tidak ada tawaran yang di ajukan kepada kami oleh orang quraisy, dimana mereka menginginkan silahturahmi kepada kami, kecuali kami akan penuhi.”
Rasulullah berkata, “turunlah kalian, di tempat inilah kita bermarkas.” Mereka pada berkata, wahai rasulullah, pada tempat ini tidak ada sumber air yang bisa kita jadikan patokan untuk bermarkas.”
Rasulullah mengeluarkan anak panah dan memberikan kepada sahabatnya. Sahabat itu membawanya ke sumur yang ada di tempat itu dan menancapkan anak panah itu di tengah sumur hingga hingga keluarlah air yang memenuhi sumur itu, dan kaum muslimin menjadikan sekeliling sumur sebagai tempat beristirahat unta-unta mereka.
Kaum quraisy mengustus urwah bin mas’ud untuk menemui rasulullah, dia duduk di depan rasulullah dan berbicara dengannya sambil memegang jenggot rasulullah, sementara al-mughirah bin syu’bah berdiri di dekat rasulullah dengan memegang besi, dan setiap urwah bin mas’ud memegang jenggot rasulullah maka al-mughirah bin syu’bah memukul kan besi itu ketangannya dengan berkata, “Tarik tanganmu dari muka rasulullah sebelum besi ini menimpamu.”
Urwah bertanya, “siapa orang ini wahai Muhammad?”
Rasulullah menjawab, “itu adalah anak saudaramu, Namanya al-mughirah bin syu’bah.”
Kemudian dia pun meninggalkan rasulullah dan kemabali menemui quraisy, seraya berkata, “wahai quraisy, kami telah menemui kisra dikerajaannya dan kaisar dikerajaannya dan an-najasyi di singgasananya, dan kami tidak pernah menemukan ada raja di kalanganan rakyatnya yang melebihi ketaatan dan wibawa meuhammad di kalangan sahabatnya. Kami melihat mereka adalah kaum yang tidak akan rela melihat luka dan kesusahan pada Muhammad, maka karena itu pikirkanlah dengan baik pendapat kalian.”
Kemudian rasulullah mengutus ustman untuk menemui pembesar quraisy dan menyampaikan pesan bahwa nabi sama sekali tidak datang untuk berperang, umat islam datang hanya untuk berziarah ke ka’bah dan dalam rangka mengagungkannya.
Namun yang tersebar setelah itu adalah isu bahwa ustman terbunuh oleh quraisy, dengan segera rasulullah membai’at sahabat-sahabatnya dibawah sebuah pohon yang di kenal dengan bai’at al-ridwan.
Orang-orang menyebutnya dengan bai’at untuk mati.
Jabir berkata, “kami membai’at rasulullah untuk tidak lari dari perang.”
Setelah itu terbukti bahwa berita kematian utsman itu bohong.
Selanjutnya quraisy mengutus Suhail bin amru untuk bernegosiasi dengan Muhammad dengan permintaan agar Muhammad Kembali dan jangan masuk ke mekkah tahun ini.
Kemudian terjadilah kesepakatan perdamaian untuk menghentikan perang selama 10 tahun dan selama itu manusia mendapatkan jaminan keamanan, dan siapa saja yang inggin bergabung dan berkoalisi dengan mehammad maka di persilakn, sebagaimana dengan quraisyjuga di persilakan.
DAFTAR PUSTAKA
DR.Munir Muhammad Al-Gadhban.2007. 41 kunci memahami sirah nabawiyah. Jakarta timur:Pustaka Ikadi.
Ditulis Oleh: Nashrullah (Mahasiswa STEI SEBI)