Pengertian Tauhid, Pembagian, Hingga Manfaat Mempelajarinya – Dalam banyak diskusi agama, istilah tauhid kerap kali ada. Bahkan juga beberapa orang yang akui sudah pelajari pengetahuan tauhid dengan menguraikan beberapa alasan yang dia kenali.
Pengertian Tauhid
Beberapa orang yang menduga pelajari pengetahuan tauhid akan membuat manusia lupa dunia, dan cuman ingat akhirat. Tauhid datang dari Bahasa Arab dan sebagai wujud masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang maknanya jadikan suatu hal satu saja.
Dan secara istilah syar’i, arti tauhid ialah jadikan Allah sebagai salah satu sesembahan yang betul dengan semua kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari penjelasan artinya bisa dilihay jika manusia menyembah beberapa hal, dapat malaikat, nabi, bahkan juga makhluk ciptaan Allah yang lain. Tetapi orang yang bertauhid cuman menyembah Allah SWT saja, bukan makhluk yang lain. Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.
Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyyah ialah mentauhidkan Allah dalam peristiwa-kejadian yang cuman dapat dilaksanakan oleh Allah, dan mengatakan dengan tegas jika Allah Ta’ala ialah Rabb, Raja, dan Pembuat semua makhluk, dan Allahlah yang atur dan membalikkan keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17).
Dalam tauhid rububiyah, manusia yakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan atur semesta alam, misalkan yakini bumi dan langit dan didalamnya dibuat oleh Allah, Allahlah yang memberinya rizqi, Allah yang datangkan hujan dan badai, Allah menggerakan bintang-bintang, dan lain-lain.
Dan tauhid rububiyah ini dipercaya manusia baik itu kafir, usiliyah dan yang lain. Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah ialah golongan komunis atheis. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berbicara: “Beberapa orang komunis tidak mengaku ada Tuhan. Dengan kepercayaan mereka yang begitu, memiliki arti mereka lebih kufur dibanding beberapa orang kafir usiliyah” (Saksikan Minhaj Firqotin Najiyyah).
Tauhid Uluhiyah
Jika Tauhid Rububiyah ialah yakini kekuasaan Allah. Karena itu Tauhid Uluhiyah ialah mentauhidkan Allah dalam semua wujud peribadahan baik yang zhahir atau batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17).
Dan arti beribadah ialah segala hal yang disayangi oleh Allah baik berbentuk pengucapan atau tindakan. Apa tujuan ‘yang disayangi Allah’? Yakni segala hal yang sudah diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya, segala hal yang dijanjikannya balasan kebaikan jika melakukan.
Jadi dalam Islam sendiri bertauhid tidak hanya cukup mengaku kebesaran Allah, tetapi harus memperlihatkan kesayangan dengan lakukan beribadah.
Baca Juga: Pengertian Ilmu Kalam
Karena itu seseorang yang bertauhid uluhiyah cuman meyerahkan semua beribadah ini ke Allah semata-mata, dan tidak ke lainnya. Dan orang kafir usiliyyah selainnya melaksanakan ibadah ke Allah mereka meminta, berdoa, beristighotsah ke selainnya Allah. Dan berikut yang diperangi Rasulullah, ini pokok dari tuntunan beberapa Nabi dan Rasul semuanya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah.
Tauhid Al Asma’ was Sifat
Yang paling akhir ialah Tauhid Al Asma’ was Karakter. Yaitu mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penentuan nama dan karakter Allah, yakni sesuai yang Dia tentukan untuk diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Bertauhid asma wa karakter Allah memiliki arti dengan memutuskan nama dan karakter Allah seperti yang Allah tentukan untuk diriNya dan menafikan nama dan karakter yang Allah nafikan dari diriNya, tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Saksikan Syarh Tsalatsatil Ushul).
Tahrif tujuannya mengalihkan arti ayat atau hadits mengenai nama atau karakter Allah dari arti zhahir-nya jadi arti yang lain batil. Sebagai misalkan kata ‘istiwa’ yang maknanya ‘bersemayam’ dipalingkan jadi ‘menguasai’.