PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM ORGANISASI

1 min read

PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM ORGANISASI – Dalam melakukan sebuah penelitian akan ditemukan sebuah tantangan dan kesulitan bisa dengan tidak adanya dukungan secara terus menerus dari manejemen tingkat paling tinggi, bahakan manajemen risiko sudah terkenal secara luas dalam indistri asuransi, perbankan dan keuangan. Bahkan pada industri yang bahaya seperti PLTN dan Pabrik Kimia.

Pada setiap pengelolaan risiko tidak hanya pada lingkup bisnis, bahkan bisa masuk dalam bank investasi dan pabrik kimia, yang masing masing risiko hanya di bagian investasi dan pabriknya saja. Karena itu Perusahaan yang memproduksi atau menangani zat berbahaya, serta yang memiliki tempat kerja yang penuh bahaya, diwajibkan oleh undang-undang untuk memiliki kebijakan manajemen risiko yang berorientasi pada keselamatan. Misalnya, di Amerika Serikat, Departemen Energi mewajibkan perusahaan di industri tenaga nuklir untuk menetapkan dan menerapkan rencana manajemen keselamatan terpadu untuk setiap lokasi mereka.

Manajemen risiko yang efektif tidak asing bagi berbagai organisasi. Misalnya, penilaian risiko telah menjadi landasan industri asuransi sejak inkarnasinya yang paling kasar. Dan sekarang lebih relatif untuk lebih menyadari manajemen risiko itu sendiri dari cerita Y2K treath yang terjadi pada 1 Januari 2000, dengan kemungkinan bahwa sistem komputer di seluruh dunia akan mengalami kegagalan terkait dengan masalah Y2K. Kekhawatiran tentang konsekuensi dari kegagalan komputer Y2K lebih menyoroti perlunya praktik manajemen risiko yang baik daripada peristiwa lain dalam sejarah modern. Di Amerika Serikat dan Eropa, teknisi, insinyur, dan ilmuwan menghabiskan sekitar lima tahun dan miliaran dolar untuk menulis ulang kode perangkat lunak dan mengembangkan rencana pemulihan bencana untuk menghadapi tantangan Y2K.

Belajar dari TQM (Total Quality Management) yang sudah sadar untuk menerapakan manajemen risiko , Pada tahun 1980-an, kata kualitas menjadi mantra dari semua organisasi yang berpikiran maju. Sebuah istilah baru diciptakan untuk mencerminkan pandangan kualitas yang menyeluruh dan komprehensif: Total Quality Management (TQM). TQM mengajarkan bahwa semua bidang organisasi dapat memperoleh manfaat dengan mengadopsi prinsip-prinsip manajemen mutu, dari departemen keluhan pelanggan ke departemen piutang ke divisi manufaktur. Pada akhirnya, menerapkan TQM menjadi hal yang populer di organisasi berkinerja tinggi dan berkinerja rendah.

Sehingga bisa didapatkan kesuksesan untuk menerapkan manajemen resiko itu sendiri dengan alasan kuat bagi organisasi untuk mengadopsi praktik manajemen kualitas yang baik. Kemudian mempunyai standar jualitas internasional yang memungkinkan perusahaan untuk memfokuskan upaya peningkatan kualitas mereka dengan cara yang ditargetkan dan alasan yang kuat untuk meningkatkan kinerja kualitas bisnis dan perusahaan pemerintah, manajemen senior perusahaan ini memberikan dukungan berkelanjutan untuk inisiatif kualitas.

Bentuk penerapan manajemen risiko ada 2 Implisit dan eksplisit.

Implisit adalah maknanya tersirat atau terkandung di dalamnya (meskipun tidak dinyatakan secara jelas atau terang-terangan) atau tersimpul di dalamnya.

Pertama bisa dilakukan dengan penerapan sistem prosedur yang baik dengan adanya SOP agar terjalan efektif, sehingga jika terjadi ketidakefektifan pada prosedur menjadi peningkatan risiko bisnis.

Kedua sttruktur organisasi yang mempunyai konsekuensi atau wewenangnya sendiri yaitu sentralisasi dan desentralisasi.

Ketiga penerapan sistem kontrak yaitu sebagai sarana manajemen risiko yang digunakan internal maupun eksternal pada perusahaan dengan melakukan kesepakatan.

Eksplisit adalah kata-kata yang bersifat denotasi atau sebenarnya. Dengan melakukan analisis tahapan membuat rencana penanggulangan dan manajemen krisis serta menyusun daftar risiko agar membentuk kelompok analisi pada bagiannya masing-masing.

Ditulis Oleh: Sumayyah Alkhantsa (Mahasiswa STEI SEBI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.