Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern saat ini, . IPTEK mempermudah berbagai aspek kehidupan manusia, menjadikan aktivitas sehari-hari lebih efisien termasuk di Indonesia. Namun, sudahkah kita memahami bagaimana Islam memandang ilmu pengetahuan dan teknologi?
Sebagai sesuatu yang tak pernah berhenti berkembang, IPTEK mendorong para ilmuwan untuk terus memperluas wawasan dan melakukan inovasi. Hasil dari proses ini akan melahirkan ide-ide baru yang bermanfaat bagi umat manusia sepanjang kehidupannya di dunia, isa terlihat pada tahun 2024 kemarin, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 139 juta orang. Jumlah ini setara dengan 49,9% dari populasi di dalam negeri. Total pengguna media sosial aktif mencakup 60,4% dari total populasi, jadi bisa di bayangkan jika kurangnya sosialisasi terhadap perkembangan teknologi. Sebagai salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki pandangan yang khas terhadap perkembangan IPTEK digital, terutama ketika dikaitkan dengan nilai-nilai Islam. Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama, tetapi justru merupakan anugerah yang harus dimanfaatkan dengan bijak demi kemaslahatan umat manusia.
Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai salah satu hal yang sangat mulia. Al-Qur’an banyak menekankan pentingnya ilmu dan upaya pencarian pengetahuan. Salah satu ayat yang sering dijadikan rujukan adalah QS. Al-Mujadalah: 11, yang menyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, sebagaimana tertuang dalam hadis yang berbunyi: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim laki-laki dan perempuan” (HR. Ibnu Majah).
Ulama-ulama besar Islam seperti Imam Al-Ghazali, Ibn Sina (Avicenna), dan Al-Farabi menegaskan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan seorang Muslim. Imam Al-Ghazali, dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin”, menyebutkan bahwa ilmu adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sementara itu, Ibn Sina dan Al-Farabi, sebagai tokoh filsafat dan sains Islam, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya mencakup ilmu agama, tetapi juga ilmu duniawi yang dapat membawa manfaat bagi umat manusia.
Dalam konteks teknologi digital, prinsip ini mendorong umat Islam untuk tidak hanya mengikuti perkembangan teknologi, tetapi juga berkontribusi dalam pengembangan IPTEK yang bermanfaat. Islam mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan, termasuk teknologi digital, adalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu kemajuan peradaban dan kemaslahatan umat.
Teknologi Digital dalam Islam
Teknologi digital menawarkan berbagai kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi, pendidikan, hingga transaksi ekonomi. Namun, penggunaannya harus tetap selaras dengan nilai-nilai Islam. Berikut adalah beberapa pandangan Islam terhadap teknologi digital:
- Sebagai Sarana Dakwah Teknologi digital, seperti media sosial, website, dan aplikasi, telah menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan ajaran Islam. Di Indonesia, banyak ulama, organisasi keislaman, dan lembaga pendidikan Islam yang memanfaatkan teknologi digital untuk menyampaikan ceramah, kajian, dan informasi agama kepada masyarakat secara luas. Ulama seperti Buya Hamka dan KH. Hasyim Asy’ari menekankan pentingnya menggunakan setiap media yang ada untuk menyampaikan pesan-pesan Islam.
- Meningkatkan Pendidikan Islam Dengan adanya teknologi digital, pembelajaran agama Islam menjadi lebih mudah diakses. Platform e-learning, aplikasi Al-Qur’an digital, dan video kajian Islam memungkinkan umat Islam di Indonesia untuk mempelajari agama kapan saja dan di mana saja. Sebagai contoh, banyak pesantren di Indonesia yang kini menggunakan platform digital untuk mengajarkan kitab kuning secara online, sebagaimana disarankan oleh ulama-ulama kontemporer seperti KH. Said Aqil Siradj.
- Etika dalam Penggunaan Teknologi Digital Islam menekankan pentingnya etika dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam penggunaan teknologi digital. Umat Islam diajarkan untuk menggunakan teknologi secara bijak, menghindari penyebaran hoaks, fitnah, dan konten yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ulama seperti Quraish Shihab sering mengingatkan pentingnya menjaga akhlak dalam bermedia sosial, agar teknologi tidak menjadi sarana yang merusak moral dan ukhuwah Islamiyah.
Tantangan dan Peluang di Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar menghadapi berbagai tantangan dalam memanfaatkan teknologi digital sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tantangan utama adalah rendahnya literasi digital di beberapa kalangan, yang seringkali mengakibatkan penyalahgunaan teknologi, seperti penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Namun, hal ini juga membuka peluang untuk meningkatkan literasi digital berbasis nilai-nilai Islam.
Organisasi Islam di Indonesia, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, telah aktif memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung kegiatan keagamaan dan sosial. Selain itu, startup teknologi berbasis syariah mulai berkembang pesat di Indonesia, menawarkan layanan seperti fintech syariah dan marketplace halal. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi digital dapat menjadi alat untuk mendukung penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Maka Ilmu pengetahuan dan teknologi digital dalam Islam dipandang sebagai anugerah yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Di Indonesia, perkembangan teknologi digital telah memberikan banyak manfaat bagi umat Islam, baik dalam bidang dakwah, pendidikan, maupun kehidupan sosial. Namun, penggunaannya harus tetap berlandaskan pada etika dan nilai-nilai Islam untuk menghindari dampak negatif.
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk memanfaatkan IPTEK digital secara bijak, menjadikannya sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan berkontribusi pada kemajuan peradaban. Dengan demikian, teknologi digital tidak hanya menjadi alat, tetapi juga bagian dari ibadah yang membawa keberkahan bagi umat manusia.
Penulis : Nazwa Huda Aulia
Mahasiswa STEI SEBI