Menjadi orang besar – Al mutanabi mengatakan. “Manusia di nilai berdasarkan perbuatan mereka. kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka memang besar. Dimata orang orang kerdil, masalah masalah sepele menjadi besar. Bagi yang berjiwa besar, masalah masalah besar terlihat kecil”. (Gatra, 4 maret 1995)
Saatnya kita mulai berfikir besar, berjiwa besar, bervisi besar untuk meraih kebahagiaan yang lebih besar. Allah sudah menyediakan lahan di syurga yang begitu luas. Menurut HM. anis matta tergantung bagaimana kita mendesain rumah kita di syurga. Kalau kemampuan kecil, meski disediakan lahan yang besar, maka kita pun hanya mampu membangun rumah yang kecil.
Orang orang yang besar dapat melihat semua waktunya sebagai momentum untuk “mendesain rumahnya” di syurga. Hal itu membutuhkan sensitifitasiman yang besar. Contoh yang tak pernah abis adalah kisah Abu Bakar as. Setiap waktu baginya momentum untuk berprestasi besar. dengan bekal yang dimiliki ia langsung “bergerak” untuk berinvestasi. Begitu masuk islam, langsung ia mengajak orang lain ke barisan islam. mayoritas sahabat yang dijamin masuk syurga, masuk islam melalui ” tangan dingin” abu bakar. Tak cukup disitu abu bakar selalu menggunakan momentum sebaik baiknya. Dalam riwayat ibnu huzaimah disebutkan:
Pada suatu pagi di hadapan para sahabatnya rasulullah saw bersabda, “siapakah diantara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata, “saya”, jawab abu bakar. Rasulullah bertanya lagi, ” siapakah diantara kalian yang pada pagi hari ini telah memberi makan orang miskin?” tanya rasulullah. “saya.” jawab Abu Bakar. Rasulullah bertanya lagi, ” siapakah diantara kalian yang pada pagi hari ini menjenguk orang sakit?” abu bakar kembali menjawab, “saya”. Rasulullah bertanya ” siapakah diantara kalian yang hari ini mengantarkan jenazah? lagi lagi Abu Bakar menjawab, “saya”. Kemudian Rasulullah saw bersabda,” tidaklah amalan amalan ini terkumpul pada diri seseorang kecuali ia akan masuk surga.” ( dari Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya)
Puncaknya ketika terjadi kemurtadan dan deklarasi nabi palsu, maka Abu Bakar dengan gagah berani memerangi para pengkhianat ini. Abu Bakar pribadi yang lembut dan gemar menangis dalam sholat sholatnya ternyata menyimpan kekuatan besar yang tak tertandingi. sehingga dia dikategorikan orang terbaik setelah para nabi.
Kisah diatas diharapkan memberi ruh baru pada kita bahwa setiap adalah momentum untuk berprestasi. jangan biarkan waktu berlalu tanpa kita mengisi dengan amal islami.
Orang orang besar yang tak biasa menemukan dan menentukan suksesnya dengan cara cara berbeda yang tak biasa. Mereka luar biasa karena mengambil cara lain dari kebanyakan orang.
lalu bagaimana kita belajar dari orang besar?
UMAR BIN KHATTAB
” Kalau aku tidur siang hari berarti aku menyia nyiakan hak rakyat atas diriku. Kalau aku tidur malam hari berarti aku menyia nyiakan hakku untuk beribadah kepada Rabbku.”
Para shalafus shaleh memiliki keistimewaan dalam cara membagi dan mengisi waktu untuk aktifitas tertentu mari kita cermati
- Imam Malik
Cara unik ulama dalam meluarbiasakan diri. beliau menyedikitkan waktu tidurnya untuk menggali ilmu dan menorehkannya guna umat sepanjang zaman. imam malik memiliki kebiasaan yaitu tidak pernag tertidur saat belajar.
- Imam Syafi’i
Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga yakni sepertiga pertama untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk shalat malam, dan sepertiga ketiga untuk tidur.
- Abu Hurairah
Abu Hurairoh ra dan keluarganya menghidupkan waktu malamnya menjadi tiga, bedanya yang dibagi adalah orangnya seperti bergiliran jaga malam, sepertiga malam pertama abu hurairah menghidupkannya dengan shalat malam lalu sepertiga malam kedua dilakukan oleh istrinya dan sepertiga malam ketiga oleh putrinya, dengan demikian tiada satu pun yang berlalu setiap malam di rumah Abu Hurairah melainkan berlangsung disana ibadah, dzikir dan shalat.
WARNING!
orang yang melewati satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardhu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan, maka ia telah durhaka kepada harinya dan menganiaya terhadap dirinya.
(Dr. yusuf al qaradhawi, al waqtu fi hayatil muslim, hlm.13)
Sumber referensi
Abu izzudin, sholikhin. zero to hero: mendasyatkan pribadi biasa menjadi luar biasa; 2006. pro-U, yogyakarta.
Ditulis oleh: Nenden Silmi Fauziah Rohmah (Mahasiswa STEI SEBI)