MENGELOLA RISIKO DALAM HIDUP MERANTAU

4 min read

Pendahuluan

Dari sekian banyak insan, banyak dari mereka yang memutuskan untuk hidup merantau. Tujuannya beragam, ada yang untuk mencari pengalaman hidup, tuntutan pekerjaan atau kuliah, ada juga yang untuk memperbaiki nasib.

Ibarat buku  yang sangat tebal, bumi ini sangat menarik untuk dibaca. Pembaca yang berhasil menyelami satu makna saja dalam buku bernama bumi pasti akan terus ketagihan untuk terus melakukan penyelaman. Bumi itu ibarat sebuah buku, dan siapa yang tidak menjelajahinya maka dia hanya membaca satu halaman.       

Meski banyak maslahat yang didapat, bukan berarti merantau tak terlepas dari risiko. Karena pada hakikatnya setiap keputusan yang kita ambil tentu saja ada risikonya.  Risiko bisa diartikan sebagai kejadian yang merugikan atau kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan. Maka dari itu, sebagai manusia kita perlu memahami bagaimana mengelola risiko agar dapat meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan dari setiap keputusan yang kita ambil. Mengelola risiko dengan baik dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi, menganalisis dan meninjau risiko dari keputusan yang kita ambil.

“Merantaulah. Gapai setinggi-tingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu. Melipur duka dan memulai penghidupan baru. Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji serta meluaskan ilmu.” Merupakan bait syair karya Imam Syafi’i. Padahal jika ditelaah lebih jauh, pada masa itu belum ada pesawat dan mobil, namun ulama terkemuka ini sudah berkelana dengan unta, kuda dan kapal layar. Walau perjalanan pada saat itu terasa sulit , Imam Syafi’i sudah menganjurkan untuk merantau karena beliau percaya bahwa merantau mendatangkan setidaknya lima kebaikan.

Perjalanan juga merupakan obat dari luka hati dan penawar pilu. Dengan perjalanan yang jauh dan meninggalkan zona nyaman, kita akan terpaksa melihat pemandangan yang berbeda dengan perspektif yang selama ini kita anut. Dengan perbedaan perspektif itu makan akan terbuka berbagai kemungkinan baru, bisa menjadi wawasan yang semakin luas, peluang hidup yang muncul atau rezeki yang selama ini kita dambakan. Perantauan juga dapat membuat kita lebih bersyukur dan lrbih memaknai hidup.  

Dengan merantau, banyak hal baru yang memungkinkan terjadi. Rindu yang menyeruak di dada karena jauh dari rumah dan keluarga, kesulitan untuk mengelola keuangan, perbekalan yang menipis,  merasa sulit untuk beradaptasi di lingkungan baru, tak ada sanak saudara yang merawat ketika jatuh sakit, dan  masih banyak lagi. Hal ini tentu saja menjadi bumbu-bumbu dalam menghadapi siklus hidup anak rantau dan mau tak mau harus dihadapi.

Artikel ini akan mengulas penerapan strategi untuk mengelola risiko selama hidup merantau. Mengatasi rasa rindu dan ingin pulang, beradaptasi dengan wilayah rantau hingga mengatur keuangan.

Pembahasan

Sebenarnya semua yang kita rasakan bisa kita kontrol sesuai kemampuan kita. Seperti rasa ingin kembali pulang ke rumah terus menguasai diri karena merasa belum betah di wilayah rantau. Biasanya hal ini terjadi pada masa-masa awal merantau. Makan tidak nikmat, tidur tidak nyenyak. Yang ada di pikiran hanya ingin pulang ke rumah. Bila hal ini terus menguasai kita, sudah seharusnya kita ingat kembali apa tujuan kita merantau. Dengan mengingat tujuan awal, maka setidaknya mengembalikan semangat yang sebelumnya padam dan ada alasan untuk bertahan di wilayah rantau.

Jika kita cenderung selalu mengikuti  nafsu dan keinginan untuk hidup enak, sudah pasti kita akan sulit keluar dari zona nyaman. Pada hakikatnya rasa nyamanlah yang membuat kita sulit untuk berkembang. Karena kita bukan donat yang bisa berkembang hanya dengan didiamkan. Jika kita terlalu terlena dengan kehidupan yang nyaman, maka akan sulit ke depannya untuk menghadapi hidup yang lika-liku masalah. Mental kita akan lembek karena tidak terlatih.

Sebaliknya jika kita menghadapi dan mau menerima rasa ketidaknyamanan dari hidup merantau, kita akan merasa lebih kuat untuk menjalani hidup. Mata dan hati kita pun akan terbuka dengan pengalaman serta pelajaran hidup yang kita hadapi sehingga kita dapat bersiap dengan apa yang terjadi dalam hidup ini. Pola pikir kita pun akan terbuka lebih luas dan tidak berfokus pada ego kita saja. Kita dapat lebih memaknai hidup dan menghargai perbedaan.

 Merantau akan membentuk kita menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab. Kemandirian dan rasa tanggung jawab ini terbentuk karena tak ada lagi yang dapat kita andalkan di wilayah rantau selain diri kita sendiri. Dengan melatih diri tentunya akan membuat kita lebih mandiri sehingga dapat bertahan di kota bahkan negara orang.

Dengan merantau, sesungguhnya membuat kita terdorong beradaptasi agar bisa hidup nyaman. Beradaptasi bukanlah yang mudah, tapi dapat dilakukan jika kita memaksa diri kita untuk terbiasa. Menerima serta menghargai perbedaan kultur dan mempelajari perbedaan bahasa.

Yang tak kalah penting, merantau meningkatkan kesadaran kita bahwa kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa melakukan segalanya sendirian. Merantau mendorong kita untuk bergaul dan menjaga pertemanan dengan baik,  karena kita sadar bahwa kita jauh dari keluarga sehingga hanya temanlah yang memang dapat membantu kita ketika ada kesulitan. Mereka yang menjaga dan merawat kita ketika jatuh sakit. Mereka yang selalu ada menemani kita di wilayah rantau.

Keuangan yang menipis juga sering menjadi persoalan anak rantau. Disini kita dituntut untuk bisa mengatur keuangan dengan baik. Kita akan menyadari bahwa segalanya membutuhkan uang. Kita akan menyadari bahwa uang tidak mudah didapatkan, dibutuhkan kerja keras untuk mendapatkannya. Maka dari itu kita akan termotivasi untuk berhemat dalam menggunakan uang dan belajar menabung. Selain itu, agar tidak ada kata “dompet kering di akhir bulan” , maka sudah seharusnya kita tidak menghamburkan uang di awal bulan. Ada baiknya kita menjatah uang untuk diri kita sendiri setiap harinya agar tidak boros dan keuangannya lancar hingga akhir bulan.

Bahkan dengan hidup di perantauan banyak menuntut mahasiswa untuk berpikir bagaimana cara bertahan hidup dengan tidak hanya mengandalkan uang kiriman dari orang tua. Maka dari itu banyak kalangan mahasiswa yang bekerja paruh waktu atau bahkan merintis bisnis. Ini merupakan poin positif yang memacu semangat mahasiswa agar menjadi orang sukses di kemudian hari.

Satu hal yang tak dapat dipungkiri, kebebasan adalah hal yang dicari oleh banyak  sehingga mereka memutuskan untuk hidup merantau. Kebebasan yang dimaksud adalah tidak ada peraturan yang mengikat seperti ketika di rumah. Namun dengan kebebasan ini kita pun bertanggungjawab pada diri sendiri dengan membuat peraturan untuk diri sendiri sehingga kita dapat mengontrol diri dan terhindar dari pergaulan bebas.

Pelajaran yang kita dapat dari hidup merantau sangat berguna untuk masa depan kita nanti. Ada tangis yang memilukan, jenuh yang meradang, penat yang berkawan,  keluh kesah yang tertahan, masalah yang menghadang dan rindu yang tak juga tertuntaskan. Dari semua itu, mental  kita akan terbentuk lebih kuat menghadapi berbagai persoalan hidup yang menerjang. Pengalaman yang kita dapatkan pun dapat kita jadikan acuan agar hidup kita lebih baik dan tentunya akan menjadi kenangan manis yang dapat dibanggakan.

Kesimpulan

Mengelola risiko dalam hidup merantau tentunya membuka pola pikir kita untuk memaknai hidup lebih dalam, memperluas wawasan, menerima perbedaan serta menjadikan rasa tidak nyaman menjadi hal yang biasa dalam hidup. Kita akan berkawan dengan segala indah dan pahitnya merantau. Dengan merantau dapat membentuk pribadi kita menjadi lebih mandiri dan tangguh. Menerapkan strategi-strategi ini akan menghilangkan keraguan untuk merantau dan memantapkan hati untuk keluar dari zona nyaman.

Oleh Hasna Zakia Mahasiswi STEI SEBI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink