Manajemen Risiko di Masa Pandemi

3 min read

Manajemen Risiko di Masa Pandemi

Manajemen Risiko di Masa Pandemi – Di masa pandemi seperti sekarang ini, manajemen risiko sangat penting untuk dilakukan dan diberi perhatian lebih banyak lagi, terlebih dengan kondisi perekonomian yang sedang kurang sehat. Pengelolaan risiko akan memberikan kontribusi yang sangat besar guna keberlangsungan sebuah usaha maupun sektor non usaha. Tanpa adanya pertimbangan yang matang serta inovasi terkait solusi yang akan dilakukan, maka sebuah usaha akan bisa saja mengalami kehancuran.

Manajemen Risiko di Masa Pandemi

Dapat dilihat bahwa banyak sekali contoh nyata sebuah sektor usaha yang terbiasa mengelola sebuah risiko dan mempunyai kemampuan pengelolaan risiko yang terbilang saja banyak dari mereka yang mengalami banyak kerugian dan penurunan omzet yang sangat drastis, apalagi dengan mereka yang kuurang memperhatikan berbagai macam bentuk risiko. Masihkah mereka dapat bertahan ?

Banyak sekali perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan mengharuskan mereka untuk gulung tikar dikarenakan tidak mampu untuk melewati masa-masa krisis ini.

Sebuah risiko merupakan hal yang tidak dapat dihindari, namun sebuah risiko baik risiko besar maupun kecil, semua itu daapat diminimalisir dan dihadapi dengan berbagai bentuk antisipasi serta penyediaan solusi. Berikut langkah manajemen risiko yang dapat dilakukan guna mempertahankan sebuah bisnis dalam mengghadapi masa pandemi:

Yang pertama adalah mengidentifikasikan risiko. Satu sumber risiko akan bercabang menyebabkan risiko lainnya. Selain menganalisis sumber utama risiko, sebuah perusahaan juga harus membagi berbagai risiko lain yang mungkin timbul dalam sub-sub yang lebih kecil lagi.

Yang kedua adalah menganalisis risiko. Untuk dapat melangkah ke tahap berikutnya, sudah semestinya para pelaku menajemen risiko bergerak lebih gesit dan menyusun berbagai pilihan keputusan yang akan diambil.
Yang ketiga adalah mengevaluasi risiko. Evaluasi risiko harus dilakukan secara teratur dan cermat sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan yang diilih dari banyak pilihan keputusan yang ada.

Langkah keempat yakni mengantisipasi risiko. Banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi risiko di masa pandemic ini, seperti menjaga jarak, work from home, pembatasan jam kerja, menerapkan protokol kesehatan, dan lain sebagainya termasuk pengurangan jam kerja serta PHK guna menyeimbangkan kondisi keuangan yang ada.

Langkah terakhir yaitu memantau risiko. Pemantauan yang rutin dilakukan akan sangat berdampak pada penurunan kasus wabah covid yang secara otomatis akan mengurangi berbagai jenis risiko terkait. Pada initinya dalam proses penanganan risiko diperlukan kerjasama antarpihak agar tecapai tujuan bersama. Kerjasama tim sangat diperlukan karena dengan begitu akan lebih banyak tersedianya alternatif kebijakan.
Bagaimana contoh kasus penerapan manajemen risiko dalam kondisi pandemi ?

Disini penulis melakukan analisa terkait pengelolaan manajemen risiko dalam menghadapi kondisi pandemi, yang mana analisa ini dilakukan pada sebuah UMKM yang bergerak dalam dunia industri kuliner. Nama bisnis tersebut yaitu Izul Jaya Chips. Izul jaya chips sudah lama didirikan yang kurang lebih selama 16 tahun.

Mereka memproduksi segala macam jenis olahan keripik, seperti keripik singkong, keripik ubi, keripik keladi, keripik pisang, dan keripik sukun. Terdapat banyak sekali varian rasa dan topping dari berbagai jenis keripik yang ada.

Sebelum pandemi, bisnis ini memasarkan produknya hanya melalui offline, yaitu dengan membuka lapak di pasar dan membuka toko di rumah. Keripik ini sangat terkenal karena memiliki kualitas produk yang unggul dan dengan harga yang relatif lebih terjangkau disbanding dengan bisnis serupa disekitarnya.

Kendala yang dihadapi pada masa pra pandemi yaitu pasokan bahan baku yang masih sering tidak tercukupi. Untuk risiko ini mereka menyiasati dengan cara bekerja sama dengan beberapa pengepul besar, baik dari pengepul sekitar maupun pengepul dari luar daerah. Namun itu hanya untuk berjaga-jaga disaat petani lokal tidak sanggup memenuhi permintaan.

Permasalahan yang terjadi berbeda pada situasi pandemi yang mana perekonomian mulai tidak sehat dan berakibat pula pada penurunan jumlah konsumen.

Hal yang terjadi sebelum pandemic, dimana mereka hingga kekurangan bahan baku, sekarang berbanding terbalik. Bahan baku sangat melimpah namun pamasaran mengalami penurunan yang terbilang drastis. Dalam menghadapi risiko semacam dan hal pertama yang dirasakan, mereka harus memutar otak dan menentukan strategi baru guna mempertahankan bisnis keluarga yang telah lama dirintis.

Disini sang owner mulai rajin mengikuti berbagai kegiatan seminar terkait bisnis, baik secara online maupun offline. Ia juga bekerjasama dengan UMKM sejenis yang ada disekitar untuk secara bersama-sama membantu memasarkan produk satu dengan yang lainnya. Tak cukup hanya mengikuti berbagai kegiatan pelatihan dan seminar saja, izul jaya chip juga melakukan inovasi besar-besaran, mulai dari inovasi produk, kemasan, maupun marketing. Produk yang tadinya hanya keripik dengan harga ekonomis, sekarang mereka sangat mengutamakan kebersihan dan kesehatan dalam proses produksinya.

Mereka benar-benar menggunakan bahan dengan kualitas terbaik dan mereka tidak kesulitan dalam mendapatkan bahan baku yang berkualitas dikarenakan banyaknya perusahaan terkait yang mengurangi kapasitas produksi atau bahkan berhenti memproduksi dikarenakan pandemi. Mereka juga memperhatikan minyak yang digunakan untuk menggoreng, bahkan ada juga keripik yang dipanggang sehingga lebih sehat.

Inovasi lainnya yaitu dari kemasan dimana mereka yang sebelumnya menjual dengan kemasan berukuran besar mulai dari setangah kilo gram, sekarang mereka juga menyediakan kemasan kecil yang sekali makan. Kemasan yang dulunya hanya menggunakan plastik bening biasa, sekarang mereka memperbaruinya dengan plastik yang lebih berkelas, seperti kemasan klip, penggunaa logo dan rupa kemasan yang colourfull. Namun mereka juga masih menggunakan kemasan seperti sebelumnya untuk sasaran pasar yang berbeda.

Kemudian selanjutnya inovasi dari segi pemasaran. Pada sebeum pandemic mereka hanya mengandalkan penjualan offline, namun sekarang mereka juga aktif dalam penjuaalan e-commerce. Mereka memanfaatkan berbagai media yang ada hingga marketplace yang semain banyak dikunjungi pada masa pandemi ini. Mereka dapat mengubah suatu masalah menjadi peluang yang sangat menguntungkan.

Selain itu mereka juga bekerjasama dengan TKI warga sekitar ataupun kerabat yang bekerja di luar negeri untuk ikut serta memasarkan produk ekeripik tersebut. Secara tidak langsung produk keripik ini dikenal hingga ke luar negeri dan rutin melakukan eksportir.

Lama kelamaan membuat banya TKI yang tertarik untuk bergabung menjadi reseller izul jaya chip karena merea bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan dari penjualan yang harga jual di luar negeri bisa jauh tinggi disebanding harga jual di dalam negeri. Hingga saat ini sudah banyak reseller TKI yang ikut bergabung, mulai dari Malaysia, Singapura, Taiwan, Arab Saudi, Filiphina, dan Hong Kong.

Dapat kita lihat disini bahwa risiko yang ada tidak selamanya merugikan, dengan adanya manajemen dan pengelolaan risiko yang baik maka permasalahan tersebut bisa jadi memberikan keuntungan yang lebih besar. Adanya risiko dapat menjadikan kita berfikir kreatif dan menjadi individu yang lebih berkembang. Dalam kondisi ini kita dituntut untuk berfikit dan menciptaan strategi baru guna terus mengembangkan sebuah bisnis, bukan hanya berpasrah pada keadaan.

Ditulis oleh: Fitri Aprilia
Mahasiswi STEI SEBI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink