Insecure Boleh, Tapi Jangan Terlalu Terobsesi dengan Diri Sendiri

1 min read

Kehidupan modern seringkali memperkuat citra diri yang kuat dan percaya diri. Di media sosial, kita sering melihat orang-orang yang tampaknya hidup dengan penuh keyakinan dan keberanian. Namun, di balik layar, realitasnya bisa berbeda. Banyak dari kita mengalami perasaan tidak aman tentang diri kita sendiri, yang sering disebut sebagai “insecure”.

Insecure merupakan perasaan kurang percaya diri atau tidak aman tentang diri sendiri. Hal ini bisa timbul dari berbagai faktor, termasuk pengalaman masa kecil, tekanan sosial, atau bahkan standar kecantikan yang tidak realistis yang dipromosikan oleh budaya populer. Orang-orang yang merasa insecure cenderung meragukan kemampuan dan nilai diri mereka sendiri, bahkan dalam hal-hal yang sebenarnya mereka bisa lakukan dengan baik.

Meskipun menjadi insecure adalah hal yang manusiawi, terlalu terobsesi dengan diri sendiri juga bisa menjadi masalah. Ketika seseorang terlalu fokus pada kekurangan atau ketidaksempurnaan yang mereka anggap, itu bisa merusak kesejahteraan mental dan emosional mereka. Terobsesi dengan diri sendiri juga dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan hubungan interpersonal.

Salah satu akar dari kecenderungan untuk terlalu terobsesi dengan diri sendiri adalah kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Dalam era media sosial, perbandingan semacam ini lebih mudah dilakukan dan seringkali tidak sehat. Melihat kehidupan yang dianggap “sempurna” dari orang lain bisa meningkatkan perasaan tidak memadai tentang diri sendiri.

Menerima dan mengatasi perasaan insecure adalah proses yang memerlukan kesabaran dan pengertian terhadap diri sendiri. Penting untuk memahami bahwa tidak ada yang sempurna, dan setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan. Mengembangkan sikap yang lebih belas kasihan terhadap diri sendiri dapat membantu meredakan tekanan yang ditimbulkan oleh perasaan insecure.

Yang paling penting, adalah menjaga keseimbangan antara menerima diri sendiri dengan kerendahan hati dan juga mendorong diri untuk tumbuh dan berkembang. Merayakan kemajuan dan prestasi pribadi sambil tetap rendah hati akan membantu menjaga perspektif yang sehat tentang diri sendiri.

ditulis oleh: Ujianti Eprillia Putri, STEI SEBI

Zakat sebagai Sistem Keberlanjutan dalam Ekonomi…

Zakat, sebagai salah satu pilar Islam, memiliki potensi besar dalam menciptakan sistem ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Secara historis, zakat bertujuan untuk mendistribusikan kekayaan...
Aurelia
1 min read

Akuntansi Syariah: Prinsip, Penerapan, dan Tantangannya

Oleh Razanah Taufik (Mahasiswi STEISEBI) Akuntansi syariah adalah sistem akuntansi yang dirancang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip ini meliputi pelarangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian),...
Endah Nawal
2 min read

Pilihan antara Karier dan Keluarga: Perspektif…

Bagi banyak Muslimah, memilih antara karier dan keluarga bisa menjadi keputusan yang rumit dan penuh pertimbangan. Di satu sisi, ada keinginan untuk mencapai kesuksesan...
Aulia
1 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.