Indonesia krisis petani muda? Bagaimana cara mengembalikan semangat Petani? Cari tahu yuk! – Sebagai petani muda Indonesia, Danu berharap agar pemerintah dapat lebih fokus dan mendukung petani muda agar lebih sejahtera dengan beberapa cara. “Melakukan pelatihan-pelatihan, memberikan fasilitias pendukung, serta menjamin kestabilan harga panen pada saat panen raya dan juga saya berharap agar ketersediaan pupuk tidak sulit,” harap Danu.
Hal itu juga sejalan dengan pendapat Firdaus bahwa calon petani harus didukung melalui pelatihan teknologi, pendampingan, dan jaminan kepastian pasar. “Beberapa kepala daerah, seperti Ridwan Kamil, kan punya program seperti petani milenial. Nah, memang harus seperti itu,” kata Firdaus. Selain pemerintah daerah, Firdaus juga mengatakan bahwa proses pendampingan calon petani dapat dilakukan oleh Badan Penyuluh Pertanian (BPP). “Nah, makannya untuk komoditas bernilai tinggi atau di luar beras, itu harusnya petaninya tidak perlu disubsidi,: kata Firdaus. “Mereka perlu pendampingan aja untuk memahami pasar, teknologi yang benar,” pungkasnya.
Presiden Direktur GMIT, Erwan Santoso juga turut menyampaikan harapannya pada Hari Tani 2021, khususnya untuk petani daerah Jember, Jawa Timur. Ia berharap untuk kedepannya, kemitraan yang telah terjalin antara GMIT dengan petani binaan dalam bentuk Kerja Sama Operasional (KSO) diharapkan meningkat. JUMLAH petani di Indonesia terus berkurang meski dikenal sebagai negara agraris.
Hal ini berdasarkan data Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) Agustus 2020 yang diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat Dyah Anugrah Kuswardani saat webinar ‘Transformasi Pertanian Jawa Barat Bersama Petani Milenial yang Inovatif dan Kekinian; Peluang dan Tantangan’, Kamis (7/10). Dia menyontohkan, proporsi petani di Jawa Barat paling banyak berada pada kelompok umur 45-49 yaitu sebanyak 36,30%. Sementara, petani berusia 30-44 hanya 24,06%.Apalagi jika dilihat menurut tingkat pendidikan, ternyata dari seluruh tenaga kerja di sektor pertanian tersebut sebanyak 81,32% nya berpendidikan setara SD ke bawah.”Krisis petani muda merupakan satu persoalan dari sekian banyak persoalan di sektor pertanian,” ujarnya.
Melansir penelitian dari LIPI pada 2019, menurunnya minat pemuda terhadap petani disebabkan karena generasi muda melihat profesi petani tidak menguntungkan dan tidak membanggakan. Dyah menilai pemuda desa lebih tertarik mencari pekerjaan di kota dan tidak kembali lagi ke desa sehingga lahan-lahan pertanian di perdesaan kehilangan tenaga kerja muda, yang tersisa adalah petani dengan penduduk yang semakin menua Masalah penuaan usia petani patut menjadi perhatian semua pihak. Jika kegiatan produksi pertanian hanya dilakukan oleh generasi tua, maka perlahan tapi pasti jumlah petani akan semakin berkurang dari tahun ke tahun.”Akibatnya produksi pertanian juga akan ikut menurun, dan selanjutnya sangat dimungkinkan akan terjadi ketidak-seimbangan antara ketersediaan produksi dengan kebutuhan konsumsi,” jelasnya.
Semakin menyusutnya jumlah petani yang produktif tidak saja memengaruhi aspek ekonomi, tetapi juga bisa menimbulkan isu lingkungan. Lahan-lahan pertanian yang terlantar karena tidak ada lagi yang menggarap bisa berubah fungsi menjadi lahan perumahan, industri, dan infrastruktur lainnya. Sehingga lahan-lahan pertanian akan semakin menyusut dan muncullah permasalahan ketidakseimbangan lingkungan. “Dengan daya dukung teknologi dan kemampuan berinovasi, masih ada harapan buat kita menyelamatkan katahanan pangan Indonesia, dan Jawa Barat pada khususnya.
Para generasi milenial perlu membuka matanya bahwa banyak contoh sukses para pelaku bisnis di sektor pertanian,” katanya. (OL-2)Menurut Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Muhammad Firdaus, saat ini Indonesia hanya memiliki tujuh hingga delapan persen petani muda. “Kalau definisi muda menurut standar internasional itu di bawah 40 tahun. Kalau di bawah 40 tahun itu ya kurang dari 10 persen, paling sekitar tujuh sampai delapan persen,” tutur Firdaus dihubungi Kompas.com, Kamis (21/9/2021). Firdaus mengatakan bahwa total keseluruhan petani di Indonesia adalah 30 juta dengan rata-rata usia petani 50-60 tahun.
Persentase petani muda Indonesia dengan jumlah sebesar 2,5 juta itu terbilang rendah.Firdaus menyampaikan, jumlah petani muda yang rendah bukan disebabkan karena profesi petani tidak menarik. Melainkan, minimnya daya serap pekerja di bidang pertanian. Alasan lain mengapa angka petani muda Indonesia masih rendah adalah karena tingginya risiko yang harus dihadapi oleh petani. Petani Indonesia harus menghadapi beberapa risiko, seperti harga pasar jatuh, serangan hama, hingga hasil tani yang tidak sesuai harapan. Firdaus mengatakan, produksi pertanian Indonesia akan terganggu, apabila tidak berhasil menciptakan 7,5 juta petani muda selama 10-15 tahun ke depan.
Firdaus juga menyebutkan stigma akan profesi petani tidak sejahtera adalah salah. Sebab menurutnya, ada banyak petani yang hidupnya sukses dengan penghasilan tinggi.
Penulis: fatan Rafiudin (Mahasiswa STEI SEBI)