Cerita Nurdini dan Pelajaran tentang Pengambilan Keputusan

1 min read

Pada hari Minggu 4 Juli 2021. Nurdini hendak mengisi tabung oksigen dan ia pergi ke Depo pengisian yang biasa ia sambangi, tapi tak ia sangka antriannya sudah ramai, Antrean mengular sampai depan depo yang berkawasan di setiabudi, Jakarta Selatan. Masing-masing orang sudah menenteng tabung oksigen yang berukuran berbeda-beda. Ditembok tertempel tulisan depo bahwa depo baru dibuka pukul jam 14.00 WIB. Ujar Nurdin dalam hati “bagaimana saya bisa cepat memberikan oksigen untuk bapak sedangkan antreannya sebanyak ini”. Ia jatuh terduduk dan menangis sampai-sampai menjadi pusat perhatian orang sekitarnya.

Nurdin bingung, ia pun tidak tau harus kemana lagi mencari depo pengisian oksigen berukuran satu meter kubik yang diperlukan sejak tadi. Sang bapak yang sedang terkapar covid-19 tiba-tiba mengalami sesak nafas sejak subuh. Mereka sekeluarga tidak mempunyai oxymeter. Jadi, mereka tidak tau berapa saturasinya.

Sejak pagi Nurdin keluar dari rumahnya di Pisangan, Jakarta Timur. Ia pergi seorang diri untuk mencari depo pengisian tabung oksigen untuk bapaknya. Ia menemukan depo pengisian tabung oksigen saat siang hari, Karena dari pagi semua depo yang ia datangi belum buka dan depo yang ia datangi saat siang bernama CV Rintis Bersama, ia terduduk lemas siang ini.

Namun, Nurdin terserah putus asa Karena banyak orang yang bernasib sama dengan dia. Nurdin menangis dan berkata kepada orang yang membantunya berdiri “saya kira (depo pengisian tabung oksigen) enggak antre, enggak taunya antre makanya kaget”, Rupanya semua orang sekitarnya terketuk hatinya. Karena Nurdin menangis dan putus asa.

Tetapi hati mendahului akal. Tanpa diduga, semua orang sekitarnya merelakan jalan untuk Nurdin dan ia mendapat antrean pertama.

Nurdin pun tak kuasa menahan tangisnya. Tapi tangisan Nurdin ini adalah sebuah tangisan harapan.

Lalu Nurdin pun bergegas untuk pulang. Karena, tabungnya sudah terisi, meski belum tentu berujung baik pula. Ia langsung berjalan cepat melewati orang-orang yang tidak ia kenal, tetapi memberikan harapan untuk kesembuhan bapaknya. Walaupun orang-orang yang berada dalam antrean tersebut bukan termasuk orang yang berada.

Tetapi mereka mempunyai niat dan hati yang tulus. Pelajaran yang kita dapat adalah senantiasa membatu sesama yang lebih membutuhkan, karena kita ini makhluk sosial. Jangan sampai karena kita juga membutuhkan. Tetapi, kita menghilangkan hati nurani.


Penulis: Rois Arwan (STEI SEBI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink