Celaan Terhadap Kebakhilan

3 min read

CELAAN TERHADAP KEBAKHILAN

Celaan Terhadap Kebakhilan – Dari semua ayat dan hadits mengenai membelanjakan harta di jalan Allah swt. Jelaslah bahwa faedah, keutamaan, dan kebaikan membelanjakan harta di jalan Allah swt. itu sangat banyak. Maka jika seseorang mengabaikan sedekah, manfaat- manfaat itu tentu saja tidak akan diperoleh. Di samping memperoleh celaan, orang yang tidak mau bersedekah akan mengalami kerugian yang sangat besar.

Untuk itu, Allah swt. dan Rasul-Nya memberikan ancaman secara khusus terhadap perbuatan bakhil dan menyimpan harta. Pada dasarnya, ancaman ini sebagai wujud kasih sayang-Nya terhadap umat Rasul-Nya agar tidak terjerumus ke dalam penyakit yang membinasakan ini. Setiap pokok persoalan telah disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadits dengan sebanyak-banyaknya. Kita telah dianjurkan berbuat kebaikan, dan kita juga diperingatkan supaya meninggalkan segala macam keburukan. Tetapi sulit untuk membicarakan satu pokok persoalan secara keseluruhan. Sebagai contoh, di sini akan ditulis beberapa ayat dan hadits.

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan (jika kamu bersedekah atau berderma), dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Q.s. Al- Baqarah: 268)

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda “Dalam diri manusia ada satu syaitan yang bekerja dan ada satu malaikat yang bekerja. Pekerjaan syaitan adalah menakut-nakuti keburukan (misalnya, jika bersedekah kamu akan jatuh miskin dan sebagainya), dan mendustakan yang benar. Dan pekerjaan malaikat adalah menjanjikan kebaikan dan membenarkan yang haq.

Barangsiapa mendapatkannya (yakni pikiran tentang perkara yang baik masuk ke dalam hati) maka anggaplah itu dari Allah swt. dan bersyukurlah. Dan barangsiapa mendapatkan sesuatu yang lain (pikiran kotor masuk ke dalam hati) maka mintalah perlindungan dari godaan syaitan. Setelah itu Rasulullah saw. membaca ayat suci ini.” (Misykât). Maksudnya, Rasulullah saw. membaca ayat ini untuk menguatkan sabdanya tersebut. Di dalamnya, Allah swt. berfirman bahwa syaitan menakut-nakuti dengan kefakiran, mendorong berbuat keji, dan berkata yang kotor. Inilah yang dimaksud mendustakan yang haq.

Abdullah bin Abbas r.huma. berkata bahwa di dalam ayat suci ini ada dua perkara dari Allah swt., dan dua perkara dari syaitan. Syaitan menjanjikan kefakiran dan memerintahkan kemungkaran. Ia berkata, “Jangan membelanjakan harta, simpanlah dengan hati-hati karena kamu pasti memerlukannya.” Sedangkan Allah swt. menjanjikan ampunan atas dosa-dosa, dan menjanjikan bertambahnya rezeki bagi orang yang membelanjakan hartanya. (Durrul-Mantsûr).

Imam Ghazali rah.a. berkata, “Orang hendaknya jangan terlalu sibuk memikirkan yang akan datang dan apa yang akan terjadi. Jika Allah swt. sendiri telah menjanjikan rezeki, hendaknya ia meyakini dan memahami. bahwa mengkhawatirkan keperluan pada masa yang akan datang itu adalah bisikan syaitan.

Sebagaimana telah disebutkan di dalam ayat tadi syaitan selalu membisikkan ke dalam hati manusia berupa kekhawatiran. Jika kita tidak mengumpulkan harta, maka pada waktu kita sakit atau sudah lemah dan tidak mampu bekerja, atau datang keperluan yang mendadak, kita akan berada dalam kesulitan, sehingga kita akan repot dan menderita. Dengan pikiran-pikiran seperti itu, syaitan telah memerangkap orang ke dalam kesusahan, penderitaan, dan ketakutan pada saat itu, dan ia akan terus-menerus berada dalam penderitaan tersebut.

Kemudian syaitan akan menertawakannya, “Orang bodoh ini sedang terperangkap dalam penderitaan yang sebenarnya, yakni takut akan penderitaan yang semu.” (Ihyâ’ Ulûmiddîn). Demikianlah, setiap waktu ia resah memikirkan bagaimana mengumpulkan harta, dan kekhawatiran tentang masa depan selalu menghantuinya.

Dalam hadist juga disebutkan. Abu Bakar Ash-Shiddig r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda “Seorang penipu tidak akan masuk surga, demikian pula orang yang kikir dan orang yang mengungkit-ungkit pemberian.” (H.r. Tirmidzi, Misykát).

Para ulama berkata bahwa orang-orang yang memiliki sifat-sifat sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas tidak akan masuk surga Jika dalam diri seorang mukmin ditemukan sifat-sifat ini, maka Allah SWT. terlebih dahulu akan memberi taufik kepadanya di dunia untuk bertaubat dari perbuatan buruk tersebut. Jika tidak, ia akan dimasukkan ke neraka terlebih dahulu untuk membersihkan dosa-dosanya. Setelah itu, barulah ia dimasukkan ke surga.

Akan tetapi, walaupun untuk beberapa saat saja, dimasukkan ke dalam neraka tentulah tidak dapat dianggap remeh. Jika seseorang dicampakkan ke dalam api barang sebentar saja ketika di dunia ini, tentunya hal itu merupakan penderitaan yang luar biasa. Padahal, api di dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan api neraka Jahannam. Rasulullah saw. bersabda bahwa api dunia itu sepertujuh puluh api neraka. Para sahabat r.hum. bertanya, “Wahai Rasulullah, kurang apa lagi? Api (di dunia) ini saja sudah cukup menyakitkan.” Rasulullah saw. bersabda, “Api neraka itu enam puluh sembilan kali lipat dibandingkan api ini.” (Misykât).

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa orang yang paling ringan siksanya di neraka adalah orang yang dipakaikan kepadanya dua sandal api Jahannam, sehingga otaknya mendidih seperti periuk yang mendidih di atas api. (Misykât). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah swt. menciptakan surga ‘Adn dengan tangan kudrat-Nya, kemudian Dia menghiasinya.

Kemudian Dia menyuruh para malaikat supaya mengalirkan sungai-sungai dan menggantungkan buah-buahan di dalamnya. Ketika Allah swt. melihat perhiasan-perhiasannya dan keindahannya, Dia berfirman, “Demi kemuliaan-Ku, demi keagungan-Ku, demi ketinggian ‘Arsy-Ku, orang yang kikir tidak bisa memasukimu.” (Kanzul-Ummâl).

Oleh karena itu hendaklah kita sebagai umat muslim lebih berhati-hati dalam membelanjakan harta, karena sejatinya harta yang kita miliki merupakan harta milik Allah SWT yang harus kita belanjakan dijalan-Nya.

Sumber : fadhilah sedekah oleh Maulana Muhammad Zakariyya

Oleh : Amalia Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink