Apa dasar dari definisi ekonomi? bagaimana jika ditinjau dari perspektif Islam?

3 min read

Berbicara tentang ekonomi syariah atau ekonomi Islam, biasanya praktek-praktek dalam dunia keuangan, namun Ekonomi Islam lebih mengakar dari sekedar praktek yang ada, Ekonomi Islam berdasarkan beberapa literatur dari beberapa pemikir ekonomi Islam, bahwa dia tidak kurang dari Islam itu sendiri, yang memang berbicara atau bertindak pada sektor ekonomi, sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam bukan hanya pada prinsip-prinsip perilaku dalam berjual beli, utang-piutang, investasi dan sejenisnya, tapi juga pemahaman yang lebih mengakar pada akidah, akhlak dan syariah. Di Indonesia pada sektor-sektor ekonomi, sudah banyak yang menawarkan layanan atau produk Sesuai dengan prinsip ekonomi syariah, dimotori dengan munculnya industri perbankan syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah dan lain sebagainya yang notabene ada di sektor keuangan syariah.

                Sekarang sudah merambah bukan hanya sektor keuangan yang sifatnya Komersial tetapi juga sosial, ada dompet dhuafa, Rumah Zakat, bahkan keuangan mikro, Koperasi dan yang terbaru adalah munculnya industri Halal yang dalam Hasanah ekonomi syariah, yang ada di sektor produktif atau kita kenal dengan sektor riil yang sesuai dengan syariah,  ada juga wisata, halal Ada fashion, Ada obat-obatan kemudian juga bahkan ada rumah sakit, hotel dan lain sebagainya yang memang mencoba menawarkan pelayanan yang sesuai dengan syariah.

                Namun kalau kita kembali ke dasar apa itu sesungguhnya ekonomi syariah. Kalau kembali ke dasar bahwa belajar ekonomi selalu dimulai dengan definisi bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang tak terbatas.

Lalu bagaimana kalau ditinjau dari perspektif ekonomi Islam ?

Apakah betul kebutuhan tak terbatas, Apakah betul faktor produksi terbatas, hingga konflik antar keduanya itu memunculkan masalah ekonomi yang kita sebut kelangkaan/scarcity ?

Karena ada kebutuhan yang tak terbatas yang unlimited Once dan limited resources kalau kita mengacu dulu dengan logika Islam, kalau Manusia diturunkan ke dunia karena tidak mungkin dunia yang disediakan oleh Tuhan itu terbatas, pasti Allah cukupkan dengan semua yang memang dibutuhkan oleh manusia, Kalau kita lihat prinsip-prinsip yang diberikan oleh Allah SWT dalam berpilaku ekonomi ada kewajiban zakat, ada pelarangan riba seperti di surat Al Baqarah, Kemudian pelarangan maisir, pada dasarnya pelarangan atau kewajiban itu adalah mencoba untuk memastikan bahwa resources itu terdistribusi pada yang membutuhkan misalkan zakat ini wajib, berarti zakat itu merupakan instrumen untuk memastikan golongan dhuafa memperoleh income dan dari income itu dia punya daya beli dan daya beli itu yang kemudian dia bisa pergi ke pasar untuk memenuhi kebutuhannya.

Seperti yang Syekh Yusuf Qordhowi katakan, “pada dasarnya secara filosofis zakat itu fungsinya adalah menjaga keimanan manusia agar kebutuhan dasarnya terpenuhi dan tidak lagi ada alasan-alasan kalau ternyata Allah wajibkan untuk beribadah, dia tidak beribadah karena harus mencari kebutuhan, karena itu sudah dijamin.”

Cuma masalahnya kalau kita lihat realitanya di lapangan, ada berita dikoran Malaysia Kuala Lumpur memberitakan 86 % pelacur di Kuala Lumpur itu berasal dari Indonesia, lalu kita tanya apakah motivasinya menjadi pelacur, pelacur itu tidak mungkin menyebutkan ini adalah hobby atau karena karir, pasti jawabnya adalah karena keterdesakan ekonomi artinya masalah ekonomi yang sulit buat beberapa manusia, boleh jadi seperti diindikasikan kefakiran itu mendekatkan pada kekufuran.

Lalu sebagaimana “Rasulullah SAW kerap berdoa, ”Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kemiskinan, dan siksa kubur.”  Banyak maksiat yang harusnya dihindari tapi kemudian dilakukan karena masalah ekonomi,

Jadi Betul kata Syekh Yusuf Qordhowi zakat itu pada filosofinya adalah menjaga manusia agar keimanannya terpelihara. Agar tidak ada yang tergoda untuk melakukan maksiat hanya karena keterdesakan ekonomi, sehingga masalah ekonomi bukan cuma masalah pribadi tapi juga masalah orang lain disekitarnya. Sebagaimana kita tidak disebut beriman, apabila ada tetangga, kerabat atau siapa pun yang kita kenal itu masih kelaparan sementara kita bisa tidur nyenyak, tidak etis orang memukul dadanya bangga bahwa dia sukses bisa beli ini beli itu tapi ternyata ada tetangga yang setiap bulan harus ketuk-ketuk pintu tetangganya hanya untuk melakukan pinjaman untuk beli makan.

Begitu juga ketika Rasulullah mengatakan manusia yang terbaik di antara kalian “khairunnas anfa’uhum linnaas” manusia yang terbaik diantara kalian adalah manusia yang paling bermanfaat buat manusia lain.

Kita sepakat bahwa harta kita adalah instrumen terbaik untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk menjadi manusia yang paling mulia, begitu juga ketika Allah katakan wama kholaqtul jinna Wal Insa illa liya’budun bahwa Allah tidak ciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah, jadi harta yang kita punya menjadi instrumen potensial untuk bisa memaksimalkan diri menjadi manusia yang paling banyak ibadahnya, karena harta itu mengandung kebaikan, Rosul : “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang Shalih.”

                Oleh sebab dalam mendidik anak-anak remaja dan pemuda ini agar menjadi manusia-manusia sholeh dan kemudian bisa memandang lebih baik, apakah harta memang Dinikmati semuanya dengan sepuas-puasnya atau ambil secukupnya dan kemudian maksimalkan untuk menjadi khairunnas anfauhum linnas.

Oleh sebab itu beberapa pakar sampai pada kesimpulan bahwa ekonomi adalah masalah menjamin berputarnya Harta antar manusia, menjaga agar alirannya terus mengalir jangan sampai dia tergenang.

Kata Ibnu Khaldun dalam bukunya beliau katakan bahwa harta itu ibarat air, biarkan dia mengalir maka dia akan memberikan kehidupan pada siapa saja di tempat mengalirnya, dia akan membersihkan apa saja, kalau dia dihambat alirannya maka dia menjadi air yang tergenang menjadi air kubangan yang akan menjadi sumber penyakit, jadi sama dengan harta kalau harta itu menumpuk maka dia akan menjadi sumber penyakit bagi pemilik dan orang-orang di sekitarnya, sebab itu diminta untuk terus mengalirkannya, sehingga menjamin berputarnya harta ini menjadi masalah yang perlu dipecahkan.

Jadi bukan sekedar scarcity atau kelangkaan dimana kita tahu bahwa harta yang diberikan Allah itu ada yang langsung ada yang tidak langsung, ada yang kepada kita ada orang yang mendapatkan harta melalui orang lain, itu kenapa ada du’afa ada mustahik bahwa hartanya itu diberikan Allah melalui Muzakki dan harus paham bahwa harta yang ada ditangannya ada hak orang lain, sehingga menyerahkannya kepada mustahik harus melalui Amil, untuk menjaga Marwah baik marwahnya mustahik maupun marwahnya muzakki, sehingga manusia dapat memaksimalkan fungsi hidupnya bagi hamba Allah.

Dengan demikian Ekonomi adalah aktivitas kolektif bukan aktivitas pribadi bukan aktivitas individu,  sehingga kesuksesan cuma mengacu pada individu seperti yang tadi dijelaskan oleh Rasulullah “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.” (HR At-Thabrani).

Jadi orang sukses itu bukan orang yang punya harta banyak, bukan punya rumah mewah, rumah megah kendaraan mewah atau apapun tapi orang yang sukses itu adalah orang yang pula punya banyak manfaat buat manusia lain.

Oleh Hana Lidini Hanifah (Mahasiswi STEI SEBI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.