Akad Wadiah di dalam Dunia Perbankan Syariah

1 min read

Didalam dunia perbankan, bentuk akad wadiah ini sudah tidak asing lagi untuk didengar. Khususnya pada perbankan Syariah. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang masuk kedalam akad tabbaru, yang dimana akad ini dilakukan atau dijalankan dengan niat untuk saling tolong menolong. Sehingga akad ini pun masuk kedalam kategori nonprofit. Untuk landasan hukum dari akad ini merupakan QS Al-Baqarah ayat 283.

Wadiah ini merupakan salah satu bentuk dari banyaknya akad yang ada dalam sistem keuangan Syariah. Pada sistem keuangan Syariah, khususnya perbankan. Akad ini digunakan untuk menitipkan barang atau harta kepada suatu badan hukum, pada kasus ini berupa badan hukum berbentuk perbankan. Yang dimana titipan tersebut harus dijaga dan harus dikembalikan sewaktu waktu apabila pemilik dari titipan tersebut menginginkan /mengambilnya kembali.

Dalam sistem ini, ada dua bentuk akad yang akan dipilih oleh pihak penitip sebelum melakukan penitipannya. Yaitu ada wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah. Dimana pada sistem wadiah yad amanah, titipan yang diberikan harus dijaga tanpa boleh dimanfaatkan, pada sistem ini pula terdapat biaya penitipan yang akan ditanggung oleh pihak penitip. Namun pada sistem wadiah yad dhamanah, titipan yang diamanahkan boleh dimanfaatkan. Dari pemanfaatan tersebut, kedua belah pihak berhak mendapatkan keuntungan atas permanfaatan titipan tersebut tanpa ada perjanjian yang mengikat diawal.

Ada beberapa contoh yang dapat kita ketahui dari akad wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah pada sistem perbankan, contoh wadiah yad amanah adalah safe deposite box yang dimana bentuknya berupa brankas, brankas ini digunakan sebagai tempat atas pelayanan wadiah yad amanah tersebut. Sedangkan contoh pada akad wadiah yad dhamanah adalah berupa tabungan, seperti tabungan haji, tabungan pendidikan dan masih banyak lagi. Tergantung bank tersebut menamainya. Selain contoh, ada beberapa syarat dan rukun yang harus diketahui oleh pelaku dari akad wadiah ini, diantaranya:

Syarat-syarat Akad Wadiah

  1. Kedua pihak yang berakad harus berakal dan sudah baligh
  2. Harta atau barang yang dititipkan harus berbentuk fisik dan mempunyai nilai
  3. Adanya ijab qabul pada saat berakad, contohnya dengan pelafalan “Saya titipkan barang ini kepadamu.” Lalu dijawab dengan “Saya terima titipan ini.”

Rukun Akad Wadiah

  1. Adanya orang yang dititipkan (Mustauda)
  2. Ada orang yang menitipkan barang atau harta  (Muwaddi’).
  3. Aadanya barang yang akan dititipan (wadi’ah).
  4. Yang terakhir adanya Sighat ijab (ijab qabul).

Maka sekian artikel ini. semoga dengan artikel ini membuat para pembaca lebih memahami lagi mengenai akad wadiah yang sering kita jumpai dikehidupan sehari-hari.

Muhammad Shafwan Sidqi (Mahasiswa STEI SEBI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink