KISAH MUSHAB BIN UMAIR, SAHABAT NABI PALING WANGI

1 min read

Mush’ab bin Umair lahir pada masa jahiliyah, sekitar empat belas tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun 571 Masehi. Ia dikenal sebagai seorang pemuda yang sangat tampan dan selalu berpakaian rapi. Orang tua Mush’ab sangat mencintainya, terutama ibunya yang merupakan seorang wanita kaya. Mush’ab selalu mengenakan pakaian terbaik, dan aroma tubuhnya meninggalkan jejak harum di setiap jalan yang ia lewati.

Mush’ab bin Umair, hidup pada lingkungan masyarakat jahiliyah, yang tunduk pada penyembahan berhala, terlibat dalam kecanduan minuman keras, menikmati pesta dan hiburan musik. Namun, Allah menyinari hatinya dengan cahaya, sehingga dia mampu memahami perbedaan antara agama yang benar dan yang salah. Dengan tekad yang kuat, dia memilih untuk memeluk Islam. Mush’ab mendatangi rumah al-Arqam dan dengan tegas menyatakan imannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada suatu hari, Utsmani bin Thalhah menyaksikan Mush’ab bin Umair tengah beribadah kepada Allah. Kemudian, Utsmani melaporkan ini kepada ibu Mush’ab. Pada saat itu, masa sulit dimulai dalam kehidupan pemuda yang sebelumnya terbiasa dengan kemewahan. Ketika mengetahui bahwa putra kesayangannya telah meninggalkan agama nenek moyang mereka, ibu Mush’ab sangat kecewa. Ibunya mengancam bahwa dia tidak akan memberikan makanan, minuman, atau tempat berteduh, baik di siang hari yang panas maupun di malam yang dingin, sampai Mush’ab kembali ke agamanya. Akibatnya, Mush’ab akhirnya ditangkap oleh keluarganya dan dipenjarakan. Tidak hanya terisolasi dari pergaulannya, Mush’ab juga mendapat pendengaran secara fisik. Ibunya yang dulu sangat menyayanginya, kini tega melakukan penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah karena luka-luka siksa yang menderanya.

Mushab bin umar menjadi duta pertama islam di madinah utusan rasullah untuk mengajarkan agama kepada kaum Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di Bukut Aqabah, mengajak selain mereka untuk masuk Islam, serta menyiapkan Madinah untuk menyambut hijrah yang agung.

Pada Perang Uhud, Mush’ab bin Umair adalah pemegang bendera Islam di peperangan. Lalu datang penunggang kudak dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), memutus tangan kanan Mushab dengan pedangnya lalu Mushab berkata : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran : 144).

Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang kembali dan memutus tangan kirinya. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dada sambal membaca ayat yang sama:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran : 144).

Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali bin Abi Thalib.

Tidak ada selain selembar burdah yang bisa digunakan sebagai kain untuk mengenakan jasadnya. Jika kain itu diletakkan di atas kepalanya, kakinya akan terbuka. Sebaliknya, jika kain itu digunakan untuk menutup kakinya, kepalanya akan terbuka. Oleh karena itu, Rasulullah menganjurkan untuk menutup bagian kepalanya dan menggunakan rumput idkhir untuk menutup kakinya.

Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah. Saat itu usianya 40 tahun

TIARA AGRISTI

Mahasiswa STEI SEBI

Artikel Opini Adaptasi atau Gagal: Pentingnya…

Di tengah laju inovasi dan disrupsi yang tak terhindarkan, industri modern menghadapi perubahan yang bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Perusahaan yang gagal menyesuaikan diri...
Aulia
1 min read

ARTIKEL OPINIMANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN ISTISNA

Manajemen Risiko Pembiayaan Istisna: Tantangan dan Solusi dalam Praktik Perbankan SyariahPembiayaan istisna dalam perbankan syariah adalah sebuah mekanisme yang memiliki potensi untuk mendukung pembangunan...
Aulia
4 min read

Standar Internasional Manajemen Risiko ISO 310002018

Hai teman- teman manajemen! Sudah tahu belum kalau ada’ resep rahasia’ untuk mengelola risiko? Namanya ISO 310002018. Standar internasional ini kayak’ panduan lengkap’ untuk...
Sonia Nadila Putri
1 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink