Tanda Cinta Seorang Hamba Kepada Rabb-NYA

2 min read

Tanda cinta seorang hamba kepada Allah yakni dengan banyak menyebut Asma-Nya dan banyak mengingat-Nya. Tanda cinta seorang hamba kepada Allah adalah banyak mengingat dan (menyebut)-Nya, karena tidaklah kita menyukai sesuatu kecuali kita akan banyak mengingat-Nya.

Ar-Rabii’ bin Anas rahimahullah berkata;

“Tanda seseorang cinta kepada Allah adalah ia banyak menyebut atau mengingat-Nya, sesungguhnya engkau tidak akan mencintai sesuatu melainkan engkau banyak menyebut atau mengingatnya.” [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, karya Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah, hal: 444]

Baik,disini saya akan menjelaskan tentang bagaimana sih caranya seorang hamba mencintai Allah? Berikut caranya;

1. Cara mencintai Allah adalah dengan meneladani Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tanda cinta kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman;

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu); Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian.“ [QS. Ali-Imran: 31]

2. Cara mencintai Allah juga perlu dibuktikan dengan tekun dan istiqamah melaksanakan ibadah hanya karena Allah Subhanahu Wata’ala.

3. Cara mencintai Allah perlu dibuktikan dengan kerelaan untuk berkorban baik harta benda, hingga jiwa sekalipun demi berjalan di jalan Allah.

Nah, itu adalah cara-cara kita mencintai Allah Subhanahu Wata’ala. Dan perlu diketahui masih banyak cara-cara kita untuk mencintai Allah.

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata;

فإن محبة الله لا تتم إلا بطاعته، ولا سبيل إلى طاعته إلا بمتابعة رسوله.

“Maka sesungguhnya cinta (kepada) Allah tidak akan sempurna kecuali dengan menaati-Nya, dan tidak ada jalan untuk menaati-Nya kecuali dengan meneladani Rasul-Nya.” [Fathul Baari, libni Rajab, juz 1, halaman. 48]

CARA MERAIH CINTA ALLAH : SENANTIASA BERDZIKIR KEPADA ALLAH DALAM SETIAP KEADAAN

Dzikrullah dilakukan dengan lidah, hati, amal, juga dengan aksi nyata. Karena kadar mahabbah (kecintaan) Allah Azza wa Jalla yang ia raih sebanding lurus dengan kadar dzikirnya.

Dzikir adalah atribut orang-orang yang mencintai dan sekaligus dicintai Allâh Azza wa Jalla.

Disebutkan dalam hadits qudsi;

يَقُولُ اَللَّهُ تَعَالَى : أَنَا مَعَ عَبْدِي مَا ذَكَرَنِي, وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ

“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman; Aku (Allah) bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku, selagi dua bibirnya bergerak mengingat-Ku.” [HR. Ahmad 2/ 540, Ibnu Majah 3792 (2/1246), dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahîh Ibni Majah, no. 93792 (2/317)].

Bila ditilik pada nash-nash yang ada, Allah Azza wa Jalla tidak sekedar memerintahkan untuk berdzikir, namun juga memperbanyak dzikir.

Allah Azza wa Jalla berfirman;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allâh, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” [QS. Al-Ahzab/ 33: 41]

Allah Azza wa Jalla juga menyanjung mereka yang berdzikir dalam setiap keadaan, dengan memberikan gelar ulul albab (mereka yang mau berfikir) kepada mereka. (QS. Ali Imran/3: 191)

Allah pun menjanjikan mereka yang senantiasa berdzikir bahwa Dia pun akan mengingat mereka dan menanggung mereka. (QS. Al-Baqarah/2:12)

Serta membalas mereka dengan ampunan dan ridha-Nya. (QS. Al-Ahzab/33 35)

Lalai dari dzikir termasuk tanda bahwa seseorang itu terhalang dari taufiq Allah. Oleh karena itu, orang yang paling rugi adalah orang yang terpedaya oleh dunia, sampai ia lalai dari dzikir.

Mengapa dzikir kepada Allah adalah yang paling besar?

Para ahli tafsir mengungkapkan beberapa penafsiran tentang hal tersebut, berikut;

1. Dzikir kepada Allah itu lebih besar dari segala hal. Ia adalah ketaatan yang paling utama, karena maksud semua ketaatan adalah untuk mewujudkan dzikir kepada-Nya; dan ia adalah rahasia dari segala ketaatan.

2. Bila manusia mengingat Allah, Allah pasti akan mengingat mereka. Dan ingatnya Allah kepada menusia itu lebih besar daripada ingatnya manusia kepada-Nya.

3. Bahwa dzikir kepada Allah itu lebih besar dan agung sehingga tidak memungkinkan untuk memuat perbuatan keji dan mungkar.

4. Dalam shalat terdapat dua hal agung yaitu (pertama) shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar dan (kedua). Dalam shalat terkandung dzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Dan dzikir dalam shalat itu lebih besar.

Dzikir beragam bentuknya. Di antara ragam dzikir adalah:

1. Membaca Al-Qur’an, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, Istighfar.

2. Bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam.

3. Membaca berbagai dzikir yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dalam berbagai keadaan dan aktifitas keseharian.

Akhirnya, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita semua termasuk golongan yang senantiasa berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla dan semoga kita semua selalu dilindungi oleh Allah dimanapun kita berada, serta selalu ditetapkan iman dan islam, Aamiin Allahumma Aamiin…


Penulis : Aisyah Rifani Putri

Mahasiswa STEI SEBI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.