Menerapkan Islam dengan Tauhid yang Utuh

1 min read

Menerapkan Islam dengan Tauhid yang Utuh – Seorang Muslim yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam, maka ia akan berkasih sayang sesama Muslim dengan saling mengingatkan untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi yang dilarang oleh Allah sehingga bisa Bersama menggapai Jannah. Sikap rahmat pun dapat diwujudkan ketika mengingkari maksiat, yakni dengan mendahulukan sikap lembut dan penuh kasih sayang, bukan mendahulukan sikap kasar dan keras.

Menerapkan Islam dengan Tauhid yang Utuh

Dalam konteks rutinitas sehari-hari, seorang Muslim juga bisa mencerminkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) ketika yang dilakukannya turut menyelamatkan hak hidup makhluk lain, seperti menyayangi binatang dan tumbuhan, tidak membuang sampah sembarangan yang dapat mencemari lingkungan, dan lain-lain. Orientasi bekerja yang berupaya mengerahkan dan mengoptimalkan anugerah daya pikir dan kreasi untuk memberikan kebaikan dan manfaat bagi diri dan orang lain.

Semua keputusan Allah sebagai Pemilik semesta alam adalah mutlak dan tak perlu persetujuan siapa pun. Sebagai manusia kita bisa memelihara hewan ternak, mengembangbiakkannya, lalu mengonsumsinya atau memanfaatkannya sesuai keinginan dan kebutuhan. Hal tersebut bisa dilakukan sebab kita merasa berhak atas hewan tersebut.

Padahal, kuasa kita pada hewan ternak itu amatlah sedikit sebab bukan kita yang memberi dan menjamin kehidupan hewan itu, tetapi semua hal tersebut dapat terjadi atas izin Allah. Namun anehnya manusia sebagai salah satu ciptaan Allah kerap kali merasa berhak untuk menghakimi Allah dengan mengatakan “aku tidak pernah minta untuk lahir ke Bumi”, kemudian memilih berbuat sesuka hati yang bebas kebablasan.

Kekuasaan Allah untuk melakukan apa pun tanpa meminta persetujuan siapa pun dan tak bisa ditentang siapa pun adalah bukti kesempurnaan-Nya. Selain itu, sebenarnya dalam Al-Qur’an kita diajarkan untuk tidak menanyakan tentang perbuatan Allah kenapa begini dan kenapa begitu, tetapi harusnya kita sibuk mempertanyakan tindakan kita sendiri, apakah sudah tepat atau belum.

Oleh karena itu, hal yang lebih penting untuk dilakukan atas kehendak Allah yang telah menciptakan kita adalah dengan mengarahkan diri kita sesuai dengan qodrat sebagai ciptaan, yakni menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Terutama dengan memahami tujuan hidup di dunia dan memahami diri sebagai ciptaan Allah.

Ditulis Oleh : Hesti Ismawarsih (Mahasiswi STEI SEBI)

Artikel Opini Adaptasi atau Gagal: Pentingnya…

Di tengah laju inovasi dan disrupsi yang tak terhindarkan, industri modern menghadapi perubahan yang bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Perusahaan yang gagal menyesuaikan diri...
Aulia
1 min read

ARTIKEL OPINIMANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN ISTISNA

Manajemen Risiko Pembiayaan Istisna: Tantangan dan Solusi dalam Praktik Perbankan SyariahPembiayaan istisna dalam perbankan syariah adalah sebuah mekanisme yang memiliki potensi untuk mendukung pembangunan...
Aulia
4 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink