Perasaan cinta itu dari Allah SWT, apapun yang hadir dalam diri ini semua berasal dari Allah SWT sehingga ada kebebasan untuk mengekspresikan perasaan tersebut, bisa dengan melakukan kebaikan ataupun sebaliknya dengan melakukan keburukan. Perasaan jatuh cinta itu bukanlah suatu dosa ataupun sebuah aib yang perlu ditutupi melainkan perasaan jatuh cinta ini pernah dialami oleh semua orang karena rasa cinta itu timbul dari anugrah Allah SWT. Hal ini terbukti ketika Allah SWT menciptakan Nabi Adam dan juga menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan hidupnya. Dalam artian, awal kehidupan ini juga diawali dengan perasaan jatuh cinta. Rasa cinta terhadap lawan jenis itu merupakan fitrah yang Allah SWT sertakan dalam setiap diri kita, hadirnya perasaan tersebut tidak lain agar manusia merasakan kenyamanan hidup dan saling menyayangi.
Islam tidak melarang jatuh cinta, yang dilarang itu tindakan-tindakan negatif yang dilakukan atas nama cinta. Karena sebenarnya kehadiran cinta itu memberikan manfaat yang dapat dirasakan seperti, rasa nyaman, tentram, saling menyayangi dan sebagainya. Tetapi dibalik itu Allah SWT juga sudah memberikan suatu peringatan “Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk” (QS. Al-Isra’ : 32).
Jatuh cinta bisa hadir kapanpun dan kepada siapapun dan terkadang kita tidak butuh alasan yang logic kenapa kita bisa jatuh cinta kepadanya. Sehingga jatuh cinta, lebih kepada perasaan yang timbul baik secara tiba-tiba ataupun melalui tahapan-tahapan yang mengakibatkan perasaan jatuh cinta itu muncul. Tanda-tanda jatuh cinta diantaranya yang pertama, selalu teringat kepada seseorang yang dicintai di setiap moment sehingga perasaan cinta itu dapat mempengaruhi secara mendalam kehidupan pribadi orang yang sedang mengalami jatuh cinta. Yang kedua, munculnya rasa kagum. Rasa kagum ini bisa menjadi modal awal atau pintu gerbang seseorang merasakan jatuh cinta, rasa kagum tersebut timbul setelah kita merasakan ada sesuatu yang istimewa dari orang yang kita cintai. Yang ketiga, rela berkorban untuk orang yang dicintai baik berupa waktu, tenaga maupun uang. Yang keempat, rasa takut kehilangan. Karena ketika orang yang dicintai itu tidak hadir dalam kehidupannya maka dia akan merasakan sedih bahkan gelisah, sehingga timbullah perasaan takut kehilangan tersebut. Dan yang kelima, penuh harapan seperti, harapan bisa bersama dia, ingin bersanding dengan dia dan segala harapan-harapan baik antara dirinya dengan orang yang dia cintainya. Terakhir, adanya rasa patuh. Patuh disini artinya, mau melakukan apapun yang diinginkan oleh orang yang dicintainya.
Jatuh cinta ini merupakan perasaan alamiah atau fitrah dari Allah SWT yang tidak bisa ditolak maupun dipilih, tetapi kita sebagai manusia dapat memilih bagaimana bersikap disaat sedang jatuh cinta karena sikap seorang muslimah ketika sedang jatuh cinta ini dapat mengarahkan kepada kebaikan atau justru mengarahkan kepada keburukan. Dalam mengambil sikap ketika sedang jatuh cinta sebenarnya sudah dicontohkan oleh sayyidah Khadijah dan putri Rasulullah yaitu Fatimah Az Zahra. Dimana ketika Khadijah sedang jatuh cinta kepada Rasulullah, dia adalah seorang wanita yang mengungkapkan perasaan cintanya melalui perantara yang amanah yang kemudian perantara tersebut menyampaikannya kepada Rasulullah. Sikap yang kedua dapat dilihat pada Fatimah Az Zahra, dimana rasa cintanya yang begitu mendalam kepada Ali bin Abi Thalib dia pendam dalam diri dan disampaikan semua perasaan cintanya kepada Allah SWT karena baginya mencintai dalam diam itu adalah salah satu bentuk ketaatan dan dia yakin ketika Allah SWT memang menakdirkan cintanya kepada Ali menjadi sebuah kebaikan, maka Allah SWT sendiri yang akan mendekatkan.
Jadikan rasa cinta itu semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan perlu dipahami ketika rasa jatuh cinta itu hadir, yang utama ialah rasa cinta pada Allah SAW. Karena sebagai seorang hamba jangan sampai kita lebih mencintai makhluk daripada mencintai Allah SWT. Jadikan rasa cinta kepada lawan jenis tadi sebagai wasilah untuk kita semakin mendekatkan diri dan semakin memiliki rasa syukur kepada Allah SWT. Rasa cinta kepada Allah SWT dapat menjadi batas koridor untuk kita senantiasa menjaga perasaan cinta terhadap lawan jenis.
Penulis : Diana Fiqi Nugraha
Prodi : Perbankan Syariah STEI SEBI