Ibu, Kamu bernilai, walau tak ada yang menilai

2 min read

Ibu, Kamu bernilai, walau tak ada yang menilai – Menejemen emosi ibu

Ibu adalah seorang yang multitalent. Saat ini Ibu bukan hanya memiliki tugas untuk menjadi IRT, tapi juga dituntut untuk menjadi guru karena masa pandemi yang sedang terjadi saat ini. Survey membuktikan bahwasannya yang paling banyak melakukan kekerasan fisik terhadap anak lebih dari 60% dilakukan oleh seorang Ibu.

Ibu juga sebagai madrasah utama, maka harus menjadi sumber cinta didalam keluarga. Ibu juga menjadi keamanan dan ekonomi keluarga pada saat pandemi. Dengan banyaknya tugas ibu maka sebaiknya agar menjadi Ibu yang baik yang penuh dengan cinta, seorang ibu dapat mengatur emosi agar dapat Tangguh terhadap semua tekanan.

Ada beberapa indikator persiapan mental berdasarkan WHO:

  • Memahami potensi yang Allah berikan
  • Mampu bekerja produktif
  • Tangguh terhadap tekanan
  • Mampu mengolah stress

Pada saat ini, akan membahas tentang dua indikator penting yang telah disebutkan diatas yaitu Tangguh terhadap tekanan dan Mampu mengolah stress.

  • Emosi negative menjadi bagian hidup Sebagian besar anak Indonesia

Hampir setiap hari anak-anak di Indonesia mengalami kekerasan secara verbal maupun fisik. Kekerasan secara verbal ini yaitu berupa membentak atau memarahi seorang anak. Hal ini akan berpengaruh pada kehidupan mereka di masa mendatang. Anak yang memdapatkan kekerasan verbal maka akan berkurang fokus belajarnya. Cara agar anak merasa keseimbangan jiwa adalah dengan cukup 25x dalam setahun untuk membentak anak.

  • Tantangan untuk menjadi orang tua yang penuh cinta

A. Stress dan kurangnya dukungan sebagai orang tua, Kondisi yang menyebabkan orang tua kehilangan fitrah mencintai anak:

1. Peningkatan krisis dan jumlah kekerasan dilingkungan sekitarKetika seorang anak melihat sesuatu yang buruk maka hatinya akan menolak, namun ketika ia sudah sering melihat hal buruk tersebut, maka itu akan masuk kedalam otak bawah sadar mereka dan bisa melihat hal buruk itu sebagai sesuatu yang biasa.

2. Pewarisan kekerasan antar generasi
Orang tua yang memiliki masa lalu yang buruk atau kekerasan dimasa kecil maka ia akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya, atau malah terlalu memanjakan anaknya karena ia tidak mau anaknya merasakan hal yang sama seperti dirinya.

3. Tekanan ekonomi dan isolasi social
Seorang yang menikah belum memiliki kesiapan, misalnya: baru lulus SMP sudah langsung menikah. Seharusnya pada masa itu ia masih membutuhkan kuota untuk dirinya sendiri namun dituntut untuk mengasuh dan mengurus anaknya.

4. Pecandu alkohol dan narkoba
Seorang anak yang sudah kecanduan narkoba maka akan sulit untuk fokus belajar.

5. Harapan yang tidak raelistis terhadap kemampuan dan perilaku anak
Contonya: Ibu bapaknya dokter maka anaknya harus dokter juga, orang tua tidak melihat potensi dan hobby anak karena ia dituntut untuk menjadi seperti orang tuanya

6. Immaturitas orang tua
Yaitu orang tua yang tidak matur menjadi orang tua maka itu akan terjadi kekerasan anak, missal masih lulus smp udah langsung nikah.

B. Luka batin masa kecil yang dibawa Sebagian orang seumur hidupnya
Beberapa luka batin yang dibawa seseorang dari masa kecilnya:
-Rasa takut ditinggalkan/diabaikan
-Rasa takut ditolak
-Penghinaan
-Pengkhianatan
-Ketidakadilan

C. Pengaruh inner child yang terluka dalam pengasuhan
Emosi yang sering meledak-ledak, terlalu memanjakan anak, over protectif, membanding-bandingkan dengan masa kecil dulu dan sekarang, bersikap otoriter terhadap anak. Maka ini akan membuat luka dewasa dimasa depan. Pola asuh yg ramah terhadap jantung dan otak akan menyebabkan akhlak yang mulia, maka berlaku lah lemah lembut terhadap anak. Hal ini terdapat dalam surah Ali Imran ayat 159.

Dimensi kecerdasan emosional

a. Kesadaran diri memahami perasaan sendiiri
b. Kemampuan memotivasi diri
c. Mampu mengatur emosi dan dorongan
d. Empati, kemampuan merasakan perasaan orang lain.

Tips agar dapat mengatur emosi dan stress:

Selftalk
Selftalk yang buruk dapat menjadi akar permasalahan psikologis yang paling utama. Hati-hati karena pemikiran kita berpotensi menjadi nilai permanen di fikiran bawah sadar kita karena ini 9x lipat berpengaruh untuk diri. Selftalk yang positif itu yang paling baik.

Terapi menulis ekspresif
Yaitu dengan cara tulis semua keamarahan diri, setelah itu hancurkan kertas kemarahan itu karena diharapkan dapat membuang emosi, kemudian lempar kertas tersebut.

Mengubah fokus fikiran dengan rasa bersyukur
Jika marahnya berdiri maka duduklah jika duduk maka berbaringlah seperti yang disebutkan dalam hadist Nabi, biasakan buat jurnal syurkur, hargai kesusksesan yang diraih.
Dari semua tips terapi diatas, terapi yang paling pamungkas yaitu dengan sholat dan bermunajat kepada Allah SWT.

Ditulis oleh: Izzah Hafidzatul Qur’ani (Mahasiswa STEI SEBI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Seedbacklink