Bangkit Dari Luka

2 min read

Bangkit Dari Luka – Berbicara mengenai luka, banyak ragam luka yang dialami oleh manusia berdasarkan pengalaman ataupun kejadian yang pernah dialaminya.

Meskipun jenis luka itu beragam baik luka yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, ada beberapa cakupan umum mengapa orang itu bisa terluka dan luka-luka tersebut nyatanya bisa membuat orang yang mengalaminya membenci orang lain atau bahkan bisa membenci dirinya sendiri.

Yang pertama, luka dapat terjadi karena adanya trauma masalalu. Seseorang yang mempunyai trauma tentang kejadian yang menyakitkan baik secara fisik maupun emosional dan bahkan secara seksual, pengalaman tersebutlah yang membuat batin seseorang itu menjadi terluka.

Sehingga ekspektasi yang terlalu tinggi tersebut dapat membuat kamu terluka.

Yang kedua, ekspektasi yang terlalu tinggi. Seseorang boleh saja mempunyai harapan, tetapi perlu juga diiringi dengan kemampuan untuk menjadikan harapan tersebut menjadi sebuah kenyataan. Akan menjadi masalah jika harapanmu tinggi, tapi ingin mendapatkan hasil yang instan tanpa menikmati prosesnya dan tidak mau membayar dengan sebuah pengorbanan yang sepadan untuk harapan yang kamu inginkan tersebut.

Yang ketiga, tidak menerima kesalahan (perfeksionis). Bersungguh-sungguh dalam suatu pekerjaan memanglah bagus, tetapi kita perlu menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Jadi ketika kamu melakukan kesalahan, sadari bahwa kesalahan tersebut memang bisa terjadi. Karena pada dasarnya, manusia ialah tempatnya khilaf dan salah sehingga sejatinya kamu perlu menerima kesalahan-kesalahan kecil yang pernah kamu lakukan.

Yang keempat, karena sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Melihat kesuksesan orang lain itu diperbolehkan, tetapi jadikan itu sebuah motivasi saja. Membandingkan jalan hidup kamu dengan jalan hidup orang lain secara berkelanjutan sangatlah tidak baik.

Ada 3 hal dasar yang perlu dipahami yaitu memori, emosi dan logika.

Setiap kejadian ataupun peristiwa yang dialami, baik itu kejadian menyenangkan ataupun menyakitkan semuanya akan disimpan dalam memori masing-masing. Pengalaman tidak menyenangkan dan menyakitkan yang tidak dikelola dengan baik, maka akan tersimpan dan tertimbun secara terus-menerus menjadi sebuah memori. Akan ada masanya memori tersebut mencapai titik puncaknya, dan akan menyentuh ruang emosi sehingga pada akhirnya seseorang dapat mengalami gangguan mental.

Ada beberapa ciri-ciri orang yang telah mengalami gangguan mental, diantaranya yaitu sering merasa cemas, mudah marah, sedih berlebihan, ketakutan berlebihan, lebih sensitif dan sebagainya. Apabila memori yang tertimbun sudah menjadi sebuah emosi seseorang dan telah memasuki ruang emosinya maka logikanya tidak akan berfungsi atau bahkan mati. Solusinya cukup sederhana yaitu jangan pelihara penderitaan-penderitaan ataupun luka-luka yang pernah dialami.

Perlu kesadaran bahwa hidup di dunia tidak akan selamanya menderita juga tidak akan selamanya bahagia. Sehingga ketika sedang mengalami merasakan suatu penderitaan, yakinlah bahwa penderitaan tersebut tidak selamanya. Tidak perlu menumpuk dalam sebuah memori pikiran dan jiwamu. Mulai belajarlah untuk mengikhlaskan apa yang sudah terjadi.

Secara garis besar ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk bisa bangkit dari luka-luka yang pernah kita alami.

Yang pertama, terima luka-luka yang pernah terjadi. Seseorang akan merasa terpuruk atau sulit rasanya untuk dapat bangkit kembali karena adanya suatu penolakan akan kejadian luka tersebut. Ketahuilah bahwa, tidak ada kejadian terbaik selain dari apa yang sudah terjadi. Seseorang yang sudah menerima kejadian yang memilukan dalam hidupnya dengan baik, maka ia akan lebih mudah untuk menerima hal-hal positif menuju kehidupan yang jauh lebih baik lagi. Ketika telah berhasil melewati fase menerima.

maka selanjutnya masuk fase kedua yaitu memaafkan. Jika luka yang dialami tersebut berasal dari orang lain, maka maafkanlah orang tersebut. Tak berlaku beda juga jika kesalahan tersebut atas dasar kesalahan diri sendiri, maka cobalah belajar untuk dapat memaafkan diri pribadi. Tahapan awal dalam memaafkan yaitu perlu mengetahui apa yang menjadi sebab dari permasalahan tersebut.

Fase selanjutnya yaitu berpikir, sehingga dari situlah akan muncul suatu pertimbangan antara mempertahankan amarah atau menyudahi amarah dengan memilih melanjutkan menuju kehidupan yang lebih baik. Fase ketiga ialah fase kerja. Pada fase ini, kamu sudah mulai bisa memaafkan kejadian yang membuatmu terluka.

Dan yang terakhir, ketika kamu sudah mampu mengikrarkan bahwa kamu sudah memaafkan, biasanya level spiritual orang tersebut akan naik. Dari sinilah, kita bisa mulai mencari hikmah atas kejadian menyakitkan yang sudah dialami. Ketika seseorang telah memahami hikmah ataupun pesan cinta dari Allah SWT disitulah datang berkah bersyukur.

Sehingga pada akhirnya akan muncul kesadaran bahwa kesakitan-kesakitan dahulu yang pernah dialami, ternyata ada pesan cintanya Allah SWT untuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat, bijaksana, sabar, maupun menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari hari kemarin.

Ditulis oleh: Diana Fiqi Nugraha (Mahasiswa STEI SEBI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.