Kehilangan Momentum Lagi? – Imam syahid hasan al banna mengatakan, ” ketahuilah, kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik baiknya dan jika anda punya kepentingan atau tugas selesaikan segera.”
Kehilangan Momentum Lagi?
Perkataan ini menggambarkan betapa sedikitnya waktu kita dibandingkan dengan “pekerjaan besar” yang harus di kerjakan, amanah mulia yang harus di tunaikan, obsesi besar yang mesti di realisasikan. Akan hal nya kita, kadang tak memiliki sebuah kewajiban sehingga banyak waktu yang di buang buang, kesempatan dilelang, momentum ditendang, nasehat di tentang, sehingga kebaikan pun melayang .
Ironisnya kita sering beralasan dan mengeluh karena banyaknya beban dan tak mampu menunaikan kewajiban, lalu waktulah yang disalahkan. padahal itu terjadi lebih karena kita tak menata waktu dengan cermat, suka menunda nunda pekerjaaan sehingga tak mampu menolong diri sendiri apalagi orang lain.
Menurut hasan al bashri, waktu hanya ada 3. Waktu kemarin yang sudah bukan milik kita lagi. Esok hari yang belum tentu kita punyai. Dan sekarang yang ada di tangan kita.
Sadarilah waktu kita sedikit . Imam sofyan ats tsauri mengatakan, ” sesungguhnya aku sangat menginginkan satu tahun saja dari usia ku seperti ibnu mubarak. tapi aku tidak mampu melakukannya. bahkan dalam tiga hari sekalipun.”
Begitulah cara salafus shalih memandang berharganya waktu dalam kehidupannya, menyadari sedikitnya kesempatan yang tersedia untuk bisa memperbanyak ibadah kepada Rabbnya.
Kebiasaan manusia manusia besar adalah mengurangi jam tidurnya, waktu bekerja dan kesibukan mengurusi duniawi untuk memenuhi kebutuhan ukhrawi. mereka menyedikitkan waktu tidur untuk bisa bangun malam. Mereka sedikit bercanda untuk merasakan nikmatnya ibadah. Mereka tidak berlebihan dalam bergaul untuk merasakan kelezatan iman. Mereka menahan diri dari maksiat agar tubuhnya tetap sehat.
Karena waktu kita sedikit, kesempatan yang ada di dunia ini begitu sempit, mengapa kita tidak mengoptimalkannya untuk menjadi bekal di masa masa sulit dihari dimana tiada berguna lagi harta dan ank anak kecuali yang menghadap allah dengan hati yang bersih.
Mengapa kita tidakmenyiapkan hari yang tiada lagi naungan kecuali naungaNya? mengapa kita sering kehilangan momentum?
- Kurang sensitif terhadap kebaikan
Sering hilangnya kesempatan dari diri kita, lenyapnya momentum dari depan kita karna iman tak lagi menyala dan hati yang tidak sensitif menangkap sinyal sinyal kebaikan.
- Tidak memiliki ilmu
Tanpa ilmu umat islam hanya menjadi kuli, penonton, pelayan yang hanya bisa mengekor kemauan tuan besarnya. sukarela menjadi konsumen sampah peradaban mereka. latah.
orang lain bisa berebut momentum momentum sukses, meraih keutamaan di wwaktu waktu prima untuk beribadah sementara ia tak punya apa apa untuk mendapatkannya.
- Karena allah menunda kesuksesan kita
Kita kehilangan momentum artinya tidak jadi atau belum dipercaya oleh allah untuk memilikinya. karena kesuksesan itu anugerah allah yang diberikan kepada orang telah berusaha. allah telah memberi garansi
” barangsiapa yang bersungguh sungguh berjihad di jalan (agama) kami, sungguh benar benar akan kami tunjukkan jalan jalan kami, dan allah bersama orang orang yang berbuat baik”. (Al Ankabut : 69)
- Karena tidak proaktif
Momentum itu sejalan dengan waktu. sifatnya sangat cepat berlalu. maka hanya orang orang sensitif yang mampu menangkap momentum itu untuk meledakkan potensinya menjadi prestasi. setelah membekali dengan iman, ilmu dan memohon petunjuk dari allah, kita perlu mengasah kecerdasan dan kepekaan hati agar senantiasa proaktif memaknai momentum yang ada, menjemput bola bukan sekedar menunggu gawang.
“Momentum tidak akan pernah terulang untuk kedua kalinya”
Ibnu rajab berkata, ” barangsiapa yang memelihara ketaatan pada Allah di masa muda dan masa kuatnya, maka allah akan memelihara kekuatannya disaat tua dan saat kekuatannya melemah. Ia akan tetap diberi kekuatan pendengaran, penglihatan, kemampuan berfikir dan kekuatan akal”.
LALU TUNGGU APA LAGI?
Sumber referensi:
Abu izzudin, sholikhin. zero to hero: mendasyatkan pribadi biasa menjadi luar biasa; 2006. pro-U, yogyakarta
Ditulis Oleh: Hasna Mufidah (Mahasiswi STEI SEBI)