Membangun Reputasi: Teori Legitimasi dan Pengaruhnya pada Citra Perusahaan pada Zaman Media Sosial

3 min read

Reputasi merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Reputasi yang baik dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, investor, dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan penjualan, profitabilitas, dan nilai Perusahaan (Afifah et al., 2021).

Pada zaman media sosial, reputasi perusahaan menjadi semakin penting. Media sosial memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi tentang perusahaan dengan mudah dan cepat. Hal ini dapat berdampak positif atau negatif bagi reputasi perusahaan.

Dalam era digital ini, mobilitas meningkat di semua aspek kehidupan, termasuk dalam konteks ekonomi. Pembahasan tentang ekonomi tak bisa lepas dari dua aspek utama: bisnis dan usaha. Perkembangan dunia bisnis tidak lagi hanya mempertimbangkan untung dan rugi semata, melainkan juga menuntut perhatian lebih terhadap dimensi sosial (Yunus & Riatno, 2019).

Citra perusahaan memang mencakup sejumlah faktor penting, termasuk kepercayaan, ide, dan impresi yang diperoleh publik melalui pengetahuan dan pengalaman. Citra perusahaan dibangun dari sejarah kepercayaan, filosofi bisnis, teknologi yang diterapkan, struktur kepemilikan, organ-organ dalam perusahaan, serta nilai etika dan budaya yang dijunjung. Semua elemen ini saling berinteraksi untuk membentuk pandangan keseluruhan yang dapat memengaruhi bagaimana perusahaan dilihat dan diresapi oleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (Setiadi, 2023).

Media sosial, sebagai inovasi yang menguntungkan bagi perusahaan dalam upaya membentuk citra di masyarakat, memberikan manfaat besar karena memiliki jangkauan yang luas melalui sistem berjejaring. Dengan memanfaatkan media sosial, perusahaan dapat berkomunikasi dan membagikan konten yang mendukung pembentukan citra positif. Di era saat ini, hampir semua perusahaan yang terlibat dalam berbagai bidang sudah umumnya memiliki kehadiran di media sosial, dengan platform seperti Instagram, Facebook, Twitter, aplikasi mobile, website, atau blog, yang semuanya menjadi alat yang efektif untuk membangun citra di mata public (Apriananta & Wijaya, 2018).

Dalam artikel ini, kita akan menyelidiki peran Teori Legitimasi dalam konteks media sosial dan bagaimana pengaruhnya dapat membentuk citra perusahaan. Apa yang membuat perusahaan diakui sebagai sah, etis, dan bernilai di mata publik? Bagaimana media sosial memperkuat atau melemahkan konsep legitimasi ini? Pertanyaan-pertanyaan ini membuka jendela menuju pemahaman mendalam tentang cara perusahaan membangun reputasi mereka di era di mana interaksi online dapat membuat atau menghancurkan citra perusahaan secara instan.

Saat kita menyelami isu-isu terkini yang melibatkan Teori Legitimasi dan media sosial, kita akan mengidentifikasi fenomena yang menjadi permasalahan utama dalam upaya perusahaan mempertahankan legitimasi mereka. Selain itu, kita akan mengeksplorasi solusi yang rasional dan logis untuk mengatasi tantangan yang muncul, agar perusahaan dapat tetap memainkan peran positifnya dalam masyarakat digital yang terus berkembang.

Fenomena Permasalahan

Terdapat beberapa fenomena permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan legitimasi mereka di era media sosial, yaitu:

  1. Fenomena “cancel culture”

Fenomena “cancel culture” adalah fenomena di mana masyarakat secara masif meminta perusahaan untuk bertanggung jawab atas tindakan atau kebijakan yang dianggap tidak etis atau tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial. Fenomena ini dapat terjadi dengan cepat dan luas di media sosial, sehingga dapat merusak reputasi perusahaan secara signifikan.

  • Fenomena “fake news”

Fenomena “fake news” adalah berita bohong yang sengaja disebarkan untuk merusak reputasi seseorang atau organisasi. Fake news dapat dengan mudah menyebar di media sosial karena masyarakat tidak selalu dapat membedakan antara berita yang benar dan berita bohong.

  • Peningkatan transparansi dan akuntabilitas

Media sosial telah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi tentang perusahaan, baik informasi positif maupun negatif. Hal ini dapat meningkatkan ekspektasi masyarakat terhadap perusahaan, sehingga perusahaan perlu lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan bisnisnya.

  • Perubahan nilai-nilai social

Nilai-nilai sosial terus berubah seiring dengan perkembangan zaman. Perusahaan perlu memahami nilai-nilai sosial yang berlaku saat ini agar dapat membangun legitimasi yang kuat di mata publik.

Solusi atas Permasalahan

Berikut adalah solusi atas permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan legitimasi mereka di era media sosial:

  1. Fenomena “cancel culture”
  2. Perusahaan perlu membangun budaya perusahaan yang beretika. Budaya perusahaan yang beretika akan membantu perusahaan untuk menghindari tindakan atau kebijakan yang dapat memicu fenomena “cancel culture”.
  3. Perusahaan perlu bersikap transparan dan terbuka dengan publik. Perusahaan harus bersedia menjawab pertanyaan dan keluhan dari publik dengan jujur dan bertanggung jawab.
  4. Perusahaan perlu memiliki rencana manajemen krisis yang efektif. Rencana ini harus mencakup langkah-langkah yang akan diambil perusahaan jika terjadi krisis reputasi, termasuk menghadapi fenomena “cancel culture”.
  5. Fenomena “fake news”
  6. Perusahaan perlu memiliki tim humas yang kompeten. Tim humas yang kompeten dapat membantu perusahaan untuk memantau dan menanggapi informasi yang beredar di media sosial, termasuk informasi yang bersifat palsu atau menyesatkan.
  7. Perusahaan perlu mendidik karyawan tentang cara mengenali dan menanggapi “fake news”. Karyawan yang memahami cara mengenali “fake news” dapat membantu perusahaan untuk mencegah penyebaran informasi palsu atau menyesatkan.
  8. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas
  9. Perusahaan perlu lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan bisnisnya. Perusahaan perlu mengungkapkan informasi yang relevan dan akurat kepada publik, baik informasi positif maupun negatif.
  10. Perusahaan perlu memiliki sistem tata kelola yang baik. Sistem tata kelola yang baik akan membantu perusahaan untuk memastikan bahwa perusahaan beroperasi secara transparan dan akuntabel.
  11. Perubahan nilai-nilai social
  12. Perusahaan perlu memahami nilai-nilai sosial yang berlaku saat ini. Perusahaan perlu menyesuaikan kebijakan dan praktiknya agar sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku saat ini.
  13. Perusahaan perlu berkomunikasi secara aktif dengan publik. Perusahaan perlu menjelaskan kepada publik tentang nilai-nilai dan komitmen yang dipegangnya.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, perusahaan dapat membangun legitimasi yang kuat dan bertahan di era media sosial.

Nailul Inayah

Zakat sebagai Sistem Keberlanjutan dalam Ekonomi…

Zakat, sebagai salah satu pilar Islam, memiliki potensi besar dalam menciptakan sistem ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Secara historis, zakat bertujuan untuk mendistribusikan kekayaan...
Aurelia
1 min read

Akuntansi Syariah: Prinsip, Penerapan, dan Tantangannya

Oleh Razanah Taufik (Mahasiswi STEISEBI) Akuntansi syariah adalah sistem akuntansi yang dirancang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip ini meliputi pelarangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian),...
Endah Nawal
2 min read

Pilihan antara Karier dan Keluarga: Perspektif…

Bagi banyak Muslimah, memilih antara karier dan keluarga bisa menjadi keputusan yang rumit dan penuh pertimbangan. Di satu sisi, ada keinginan untuk mencapai kesuksesan...
Aulia
1 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.